Kamis, 10 Juni 2010

penghianatan Syi'ah sejak dulu hingga sekarang

PENDAHULUAN
Menurut etimolog, kata Syi'ah berarti pengikut, juga mengandung makna pendukung dan pecinta juga dapat diartikan kelompok, maka Syi'ah Aly berarti para pengikutnya dan pendukungnya. Dalam hal ini golongan Ahlisunnah wal Jama'ah dapat dikatakan sebagai Syi'ah Aly bin Aby Tholib , karena sebagai pengikut Ahli Sunnah wal Jama'ah diharuskan mengikuti dan mendukung serta mencintai Imam Aly . Alasanya karena beliau termasuk salah satu Ahlul Bait yang harus kita cintai dan kita hormati. Disamping itu, beliau juga termasuk Khulafaur Rosyidin yang kesemuanya harus kita hormati dan ikuti.
Rosulullah  pernah bersabda:
عَلَيكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَاشِدِيْن مِنْ بَعْدِي
"ikutilah Sunnahku dan Sunnah para Khulafaur Rosyidin sesudahku" (HR Ibnu Majah)
Dengan adanya pengertian Syi'ah secara bahasa ini, ada sebagian orang Sunni yang menganggap bahwa dirinya otomatis Syi'ah, itu karena kurangnya pengertian mereka. Sehingga tidak tahu yang sedang kita hadapi adalah Syi'ah Madzhaban atau lebih tepatnya Aliran Syi'ah.
Oleh karena inilah Syi'ah secara bahasa tidak digunakan oleh Salafussholeh, karena banyaknya aliran Syi'ah yang dianggap sesat. Salafussholih lebih suka istilah Muhibbin bagi pengikut dan pecinta Sayyidina Aly  dan keturunannya.
Sementara menurut Terminolog kajian sekte-sekte Islam, Syi'ah berarti orang-orang yang mendukung Sayyidina Aly  secara khusus, dan berpendapat bahwa sayyidina Aly  saja yang berhak menjadi kholifah dengan ketetapan Nash dan wasiat dari Rasulullah , baik secara tersurat atau tersirat. Mereka berkeyakinan bahwa hak imamah tidak keluar dari keturunan beliau.

MENGUAK MAKNA TERSIRAT KITAB AL-AMTSILAH AT-TASHRIFIYYAH KARYA SYAIKH M. MA'SHUM BIN ALI KUWARON JOMBANG

I. MUQODDIMAH
Suatu zaman atau periode sangat berpengaruh sekali terhadap kehidupan manusia. Maka tidak aneh jika pada zaman dahulu banyak ulama-ulama besar dan pemikir-pemikir Islam yang tidak diragukan akan keilmuannya, karena pada zaman itu belum banyak kemaksiatan dan kemungkaran yang merajalela seperti sekarang ini, sehingga seseorang yang hidup pada era tersebut bisa konsentrasi dan leluasa dalam mendalami suatu ilmu serta dapat menjaga kewira'ian dan dapat menanamkan ketulusan jiwa dan keikhlasannya dalam rangka li I'lai kalimatillah.
Semakin akhir, zaman semakin rusak dengan bermacam-macam faktor, sehingga kualitas produk pun juga menurun. Namun dalam segi dhohir dan gebyarnya kelihatan semakin maju. Hal inilah yang disinggung oleh Imam Ibnu Malik dalam nadhom Alfiyahnya :
والثاني منقوص ونصبه ظهر
Periode kedua itu berkurang, namun penampilannya tampak terlihat
Menurut pengamatan kami, zaman dulu dan sekarang berbeda jauh dalam segi keikhlasan dan kewira'ian seseorang, dikarenakan pada zaman sekarang banyak perkara-perkara syubhat bahkan haram yang sulit kita hindari. Maka harus kita akui bahwa orang-orang dahulu lebih sedikit menerjang hal-hal yang dilarang. Sehingga dengan kondisi tersebut karya orang-orang dahulu masih bisa dimanfaatkan dan dikonsumsi sampai sekarang, yang tidak lain karena ketulusan dan keikhlasan mereka.
Kami sangat terharu dengan realita di atas. Sampai-sampai pada suatu hari kami terlintas sebuah pemikiran dari lubuk hati yang sangat dalam yang ada hubungannya dengan hal tersebut, yang insya Allah akan kami paparkan pada pokok permasalahan di bawah.
Maka dari itu, jika nanti terdapat kesalahan atau kekurangan mohon saran dan koreksinya, karena memang itu yang ada dalam pikiran kami. Semoga Allah selalu memberikan kekuatan kepada kita untuk tetap bisa bertholabul ilmi khususnya di Pondok Pesantren Sarang tercinta ini.