PEMBUKUAN HADIST
I. KEADAAN PENULISAN BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM
Riset ilmiyah menunjukkan bahwa bangsa arab telah mengenal tulisan sebelum islam datang,mereka mencatat peristiwa peristiwa yang terjadi dibebatuan,hal ini telah dibuktikan oleh pakar arkeologi dengan bukti dan data data yang kongkrit,penemuan yang paling banyak ditemukan yaitu di semenanjung arab bagian utara <1> yang mana disitulah letak persambungan peradapan bangsa arab dengan bangsa persi dan romawi.Sebagian dari penelitian ini disebutkan bahwa A'diy ibn Zaid Al Ubadi (35 SH)<2> ketika mulai besar digagasi dan dibelajari oleh ayahnya dengan tulisan tulisan hinggga ia kenal dan mencicipi bahasa arab,kemudian ia masuk dewan kisra dan ia adalah orang pertama yang menulis bahasa arab di dewan kisra<3>,hal ini menunjukkan bahwa zaman jahiliyyah sudah ada lembaga semacam madrasah atau yang sekupnya lebih kecil lainnya, yang menampung anak anak untuk belajar tulis menulis dan syair arab.Para guru madrasah ini menjadi mulia dan mempunyai derajat yang tinggi seperti Abu Sufyan ibn Ummayyah ibn Abdi Syamsin dan yang lainnya. Alkisah Abu Jufainah pernah diundang ke madinah untuk mengajar menulis.<4> pada masa awal sebagian orang yahudi mengenal tulisan arab dengan perantara anak anak di madinah,kemudian datanglah islam.
Orang arab memberi julukan Al-Kamil kepada orang yang bisa menulis dan orang yang lihai memanah,tetapi banyak penyair dari golongan mereka yang membanggakan diri dengan daya ingatannya dan hafalan syair syair mereka,bahkan diantara mereka ada yang menyamarkan diri kalau ia bisa menulis,karena hal ini meupakan aib.Dengan ini jelaslah ketidaktepatan sebagian pakar sejarah yang mengatakan bahwa waktu islam masuk makkah, penulis kurang dari sepuluh orang <5>.
sebagian dari penulis orientalis dan penulis lainnya berupaya membuat dasar atas pendapat mereka ini dengan ayat Al Qur'an dibawah ini:
qèd “Ï%©!$# y]yèt/ ’Îû z`¿Íh‹ÏiBW{$# Zwqß™u‘ öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Ftƒ öNÍköŽn=tã ¾ÏmÏG»tƒ#uä öNÍkŽÏj.t“ãƒur ãNßgßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur bÎ)ur (#qçR%x. `ÏB ã@ö6s% ’Å"s9 9@»n=|Ê &ûüÎ7•B ÇËÈ
Artinya:
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan hikmah (as sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
Yang mana pada hakekatnya ummi di ayat tersebut adalah bukan ummi tulisan atau ilmiyah akan tetapi ummi diniyyah, mereka tidak seperti ahli kitab yaitu yahudi dan nasroni karena mereka mempunyai kitab taurat dan injil.Orang orang tersebut mengartikan ayat tadi bukan pada tempatnya,hal itu tidak diperbolekan kecuali ada korenah atau tanda tanda yang mengarakan ke makna lain.
II. TULISAN DI ZAMAN KENABIAN DAN AWAL ISLAM
Tidak ada keraguan bahwa tulisan pada masa Rasulullah SAW menyebar lebih luas dari pada masa jahiliyyah, Al Quran mendorong untuk belajar dan menulis, begitu juga Rasulullah SAW.Naluri risalah menuntut keadaan agar banyak orang yang belajar, membaca dan menulis.Wahyu butuh penulis,urusan organisasi atau kenegaraan baik meliputi surat menyurat,perjanjian,kesepakatan dan lain lain, semuanya butuh pada penulis.Orang yang bisa menulis setelah islam datang amatlah banyak karena untuk memenuhi kebutuhan kenegaraan dan lainnya.
Rasulullah SAW mempunnyai sekretaris untuk mencatat wahyu yang jumlahnya mencapai empat puluh orang dan ada yang khusus menulis perihal shodakoh,muammalah dan bagian surat menyurat,mereka menulis dengan bahasa yang berbeda beda sesuai dengan kebutuhan<>.Adapun yang ditulis pakar sejarah adalah sebagian saja dari sekretaris Rosulullah SAW,mereka itu adalah orang orang yang selalu bersama Rasulullah SAW dalam kesehariannya,hal ini juga terbukti dari ucapan salah satu pakar sejarah yaitu Al Mas'udi yang berkata "Adapun yang telah aku sebut dari penulis penuis Nabi SAW itu adalah orang orang yang selalu berada di sekeliling Nabi SAW dalam keseharianya dan mereka bersama Nabi SAW pada masa yang lama."<>
Orang orang yang bisa menulis setelah Nabi SAW hijrah ke madinah semakin bertambah banyak. Masjid madinah yang bersambung dengan masjid Nabi SAW itu merupakan pusat ruang tunggu muslimin atau sahabat<>.Mereka belajar Al Quran,membaca dan menulis.Mereka yang sudah pandai mengajari sahabat lain yang belum bisa.Dan kita juga ingat sejarah perang badar yang mana Rasulullah SAW memberi pilihan kepada tawanan musuh untuk menebus dirinya dengan mengajarkan menulis serta membaca kepada sepuluh anak untuk setiap tawanan.Hal ini tidak hanya untuk anak laki laki saja bahkan anak anak perempuan juga belajar di rumahnya masing masing.
Kesadaran akan belajar menjadi meluas dan tersebar keseluruh penjuru kekuasaan islam yang di pelopori oleh sahabat Rosulullah SAW.Halaqoh halaqoh ilmiyah nampak menjamur di seluruh tempat,masjid adalah tempat halaqoh tersebut, seperti yang dilakukan Abu Dardak sahabat Rasulullah SAW,setiap ia hendak melakukan shalat subuh di masjid Dimasqho,santri santri yang notabennya pada waktu itu adalah para tabi'in berkumpul dengan tujuan belajar dan membacakan Al Quran kepada beliau.Jumlahnya lebih dari seribu enam ratus santri <>.Begitu juga apa yang telah dilakukan Dhohhak bin Muzahim,beliau mengajar anak anak, yang mana mencapai tiga ribu santri <> beliau tidak mengambil upah dari apa yang beliau lakukan tetapi hanya karena Allah SWT semata.Sungguh amat berkembang gerakan gerakan keilmuan di akhir akhir abad pertama hijriyah dan nampak halaqoh halaqoh ilmiyah yang merupakan dampak positif dari kebangkitan keilmuan islam.
Setelah kita mengetahui hal diatas,bahwa hadist hadist Rosulullah SAW tidak dibukukan secara terpadu sebagaimana Al Quran,maka kita harus mengetahui sebab sebabnya.Dalam pembahasan sebab sebab ini kita tidak mungkin ikut ikutan dan langsung menerima pendapat pendapat penulis atau pengarang yang mengatakan bahwa penyebabnya adalah tidak layaknya alat tulis menulis,sedikitnya orang yang bisa menulis,dan jeleknya tulisan mereka.Kita tidak menerima hal ini karena kita telah mengetahui bersama adanya para penulis wahyu Rasulullah SAW dan urusan selain wahyu seperti surat menyurat dan kenegaraan.
Kita tidak menerima alasan mereka karena disana terdapat orang orang yang sangat pandai dan piawai dalam bidang tersebut,seperti Zaid bin Tsabit dan Abdullah ibn Umar ibn 'Ash,andai kita menerima tuduhan mereka yang mengatakan disebabkan sedikitnya alat tulis menulis dan sulitnya menjaga tulisan maka cukuplah untuk menjawab mereka bahwa kaum muslimin waktu itu membukukan Al Quran dan tidak ada halangan yang sangat parah.
Seandainya para sahabat mau membukukan hadist atas perintah Rasulullah SAW,maka tidak sulit bagi mereka melaksanakan hal tersebut sebagaimana mereka menulis Al Quran,berarti dapat kita simpulkan ada penyebab lain.Dan kita akan tahu sebab sebab tersebut dari hadis Rasulullah SAW dan atsar para tabiin.
Pertama:
Hadist Rosulullah SAW Tentang Penulisan Hadist/sunnah
A. Hadist Tentang Pelarangan Penulisan Hadist
(1). Abu Said Alkhudri meriwayatkan hadist dari Rosulullah SAW,"sesunggunya Rosulullah SAW bersabda":
لا تكتبوآ عني و من كتب عني غير القرأن فليمحه <>
Artinya:
"Janganlah kalian semua menulis dariku,barang siapa menulis dariku selain Al Quran maka hapuslah".
Hadist ini adalah hadist yang paling shohih yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW dalam bab ini.
(2). Abu Said Alkhudri berkata, "Kami bersungguh sungguh meminta izin kepada Rosulullah SAW tentang penulisan hadist tetapi beliau tidak memberi izin".
Dan dalam satu riwayat Abu Said Alkhudri berkata "Kami meminta izin pada Rosulullah SAW dalam penulisan hadist tetapi beliau tidak memberi izin kepada kami".
(3). Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra sesungguhnya beliau berkata,"
خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم ونحن نكتب الاحا ديث، فقال:ما هذا الذى تكتبون؟ قلنا: احاديث نسمعها منك، قال: كتاب غير كتاب الله ؟ اتدرون ؟ ما ضل الامم قبلكم الا بما اكتتبوا من الكتب مع كتاب الله تعالى.
Artinya:
"Rosulullah SAW keluar ketika kami sedang menulis beberapa hadist,kemudian beliau bersabda "Apa yang sedang kalian tulis?" lalu kami menjawab"Beberapa hadist yang kami dengar dari engkau wahai Rasulullah SAW,kemudian Beliau bersabda " Kitab selain kitab Allah Swt? apa kalian tahu?tidak tersesat umat umat sebelum kalian kecuali disebabkan oleh apa yang mereka tulis dari beberapa kitab bersamaan kitab Allah SWT".
B.Hadist Tentang Diperbolehkannya Penulisan Hadist
(1). Abdullah ibn Amr ibn 'Ash ra berkata, "Saya menulis semua yang saya dengar dari Rasulullah SAW, saya ingin menghafalnya tapi orang orang Quraisy melarangku,mereka berkata "kamu menulis semua apa yang kamu dengar dari Rasulullah SAW sedangkan Rosulullah SAW adalah manusia biasa yang berkata dalam keadaan marah dan senang,maka saya berhenti menulis. Kemudian saya laporkan hal tersebut kepada Rasulullah SAW,kemudian beliau memberi isyarat dengan mengarahkan telunjuknya kemulut beliau lalu bersabda"
اكتب فوالذى نفسى بيده ما خرج منه الا حق <>
Artinya:
Tulislah, demi Dzat yang menguasai diriku,tidak ada sesuatu yang keluar darinya (mulut) kecuali sesuatu yang hak.
(2). Abu Hurairah ra berkat,"Tidak ada seorang sahabat Nabi SAW yang lebih banyak hadistnya dariku kecuali Abdullah ibn Amr,sesungguhnya dia menulis hadist dari Nabi sedangkan aku tidak.
(3). Diriwayatkan dari Rofi' ibn Khudaij ra beliau berkata"kami berkata," Wahai Rosulullah SAW,kami mendengar sesuatu (hadist) darimu,apakah kami boleh menulisnya?, Nabi SAW menjawab,
اكتبوا ولا حرج
Artinya : "tulislah dan tidak dosa".
(4). Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra sesungguhnya seorang laki laki dari Ansor mendengar hadist dari Nabi SAW tetapi dia tidak hafal,kemudian dia menanyakannya kepada Aba Hurairoh ra lalu beliau menceritakan hadist tersebut.Kemudian laki laki tersebut melaporkan atas kelemahan hafalannya kepada Rosulullah SAW, kemudian Beliau bersabda kepadanya"
استعن على حفظك بيمينك
Artinya : Minta tolonglah atas hafalanmu dengan tangan kananmu(menulis).
(5). Diriwayatkan dari Anas ibn Malik,beliau berkata "Rosulullah SAW bersabda
قيدوا العلم بالكتاب
Artinya : Ikatlah ilmu dengan tulisan
(6). Diriwayatkan dari Rosulullah SAW sesungguhnya Beliau menulis perihal shodaqoh,diyyat,faroidl dan sunnah kepada Amr ibn Hazm dan yang lain.
(7). Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra sesungguhnya setelah Allah SWT memberikan kemenangan kepada Rosulullah SAW atas makkah,beliau berdiri dan berkhotbah di hadapan manusia,seseorang dari Yaman bernama Abu Syah berdiri dan berkata "Wahai Rosulullah SAW tulislah kepadaku,lalu Beliau bersabda, "Tulislah kepadanya".
Abu Abdi Rahman(Abdullah ibn Ahmad) berkata, "Tidak diriwayatkan tentang penulisan Hadist, sesuatu yang lebih shohih dari hadist ini,karena Nabi memerintahkan mereka.Nabi bersabda:
اكتبوا لابى شاه <>
Artinya : Tulislah untuk Abi Syah.
(8). Ibnu Abbas berkata "Ketika sakit Nabi SAW bertambah kritis,beliau bersabda"
ايتونى بكتاب اكتب لكم كتابا لا تضلوا من بعده
Artinya : Berilah aku sebuah buku,akan kutuliskan untuk kalian sebuah kitab yang kalian semua tidak akan tersesat setelahnya.
Kemudian Sayyidina Umar berkata "Sungguh Nabi SAW telah dikuasai sakit (disebabkan bertambah kritis) kita memiliki kitabullah dan itu sudah cukup,maka merekapun berselisih pendapat dan berbuat gaduh disamping Nabi SAW,kemudian Nabi SAW bersabda "
قومواعنى ولاينبغي عندى التنازع
Artinya : Menjauhlah dariku,tidak pantas ada pertengkaran dihadapanku.<>
Permintaan Rosulullah SAW ini jelas menunjukkan bahwa beliau ingin menulis sesuatu selain Al Quran,yaitu ingin menulis hadist nabawi, ketidakwujudan tulisan beliau tidak membatalkan bahwa beliau ingin menulisnya.Peristiwa ini terjadi diakhir akhir hidup beliau maka bisa difaham dari hal ini bahwa beliau mengizinkan penulisan hadist.
Dalil dalil yang menunjukkan dipebolehkannya menulis hadist ada yang khusus seperti hadist Abi Syah dan ada yang umum seperti hadist Abdullah ibn Amr dan hadist seorang laki laki dari ansor.Dalam hal ini kita juga bisa mengutip dasar atau dalil dengan hadist Anas dan hadist Rofi' ibn Hudaij meskipun kedua hadist itu masih diperbincangkan(diperdebatkan), karena sanad dua hadist tersebut banyak dan saling menguatkan.Ulama menanggapi perselisihan ini mempunyai beberapa pendapat diantaranya yaitu:
1. Sebagian ulama berpendapat bahwa hadist Abu Said Alkhudri adalah mauquf,maka tidak bisa dijadikan hujjah, hal ini diriwayatkan dari imam Bukhori dan yang lain,<> tetapi kita tidak setuju dengan pendapat ini karena hadist tersebut tsubut menurut imam Muslim dan itu shohih,hal ini dikuatkan dan dilegimitasi dengan hadist yang diriwayatkan dari Abi Said,yaitu :
استأذنت النبي صلى الله عليه وسلم ان اكتب الحديث فأبى ان يأذن لى
Artinya : Saya meminta izin terhadap Rosulullah SAW untuk menulis hadist tetapi beliau tidak memberi izin kepadaku.<>
2. Pelarangan penulisan hadist itu hanya pada awal islam karena waktu itu ditakutkan terjadi percampuran dengan Al Quran.Ketika kaum muslimin sudah banyak dan mereka mengetahui Al Quran dengan betul dan bisa membedakan dengan Hadist maka kehawatiran itu hilang dari muslimin dan hukum awal dinasekh (dihapus) sehingga penulisan diperbolehkan.<> Dalam hal ini Arromahurmuzi berpendapat "Hadist Abu Said tentang pelarangan Nabi SAW atas penulisan itu dijaga (diberlakukan) diawal hijrah ketika dihawatirkan terpusatnya perhatian para sahabat dengan hadist dan melalaikan Al Quran.<> Pendapat yang mengatakan nasekh (penghapusan) adalah salah satu dari dua pendapat Ibnu Qutaibah, yang mana beliau berkata "perkara ini termasuk penasekhan sunnah dengan sunnah,seolah olah Nabi SAW melarang menulis ucapan beliau pada permulaannya dan memperbolehkannya setelah beliau merasa sahabat telah bisa membedakan hadist dengan Al Quran dan semakin bertambah banyaknya hadist,sehingga dibutuhkan penguat hafalan yang berupa tulisan.<> Hal ini adalah pendapat mayoritas ulama.
Dan orang alim yang juga ahli tahkik ustad Ahmad bin Muhammad Syakir<> - setelah pendapatnya dikuatkan dengan akhbar yang memperbolekan menulis hadist - beliau berkata "Hal ini menunjukkan bahwa hadist Abi Said Alkhudri yang tertera diatas itu telah dinasekh karena hadist tersebut berlaku pada masa awal islam ketika dikhawatirkan tersibukkannya sahabat dengan hadist sampai melupakan Al Quran dan ketika di khawatirkan bercampurnya selain Al Quran dengan Al Quran itu sendiri. Sedangkan hadistnya Abi Syah itu diahkir akhir hayat Nabi SAW begitujuga beberapa hadist Abu Hurairah ra yang mana beliau termasuk orang yang masuk islam diakhir akhir, yang berisi tentang Abdullah bin Amr menulis hadist dan beliau tidak menulisnya hal itu menunjukkan bahwa Abdullah ibn Amr menulis hadist setelah islamnya Abi Hurairah ra. Seandainnya hadist Abi Said yang menunjukkan pelarangan itu lebih akhir dari hadist yang menunjukkan izin dan pembolehan penulisan hadist, pasti para sahabat waktu itu sudah mengetahuinya secara jelas.<>
Dan mungkin pendapat ini dapat kita satukan dengan pendapat yang mengatakan bahwa pelarangan itu berlaku untuk penulisan hadist dengan Al Quran dalam satu lembar kertas atau kitab,karena pada waktu itu mereka mendengar pentakwilan ayat Al Quran yang dimungkinkan mereka menulisnya bersama Al Quran,sehingga mereka dilarang karena dihawatirkan terjadi percampuran.<>
3. Sesungguhnya pelarangan penulisan itu bagi orang yang percaya (kuat) hafalannya dan dikhawatirkan bergantungnya mereka pada tulisan dan pembolehan itu bagi orang yang tidak kuat seperti Abi Syah.
4. pelarangan penulisan itu untuk umum dan pembolehan penulisan itu dikhususkan bagi orang yang qori' (bisa membaca) dan bisa menulis dengan baik,tidak dihawatirkan adanya kesalahan dalam penulisan seperti Abdullah bin Amr.Ini adalah pendapat kedua dari dua pendapat Ibnu Qutaibah yang beliau fahami dari beberapa hadist diatas.
Dan kita berpendapat mengenai khobar khobar ini bahwa khobar yang di riwayatkan Abi Said tentang pencegahan itu shohih,dan khobar yang diriwayatkan dari selain Abi Said tentang di perbolekan menulis juga shohih,disini kita tidak berpendapat mauqufnya khobar Abi Said.Pendapat yang awal itu ditolak (tidak diterima) dan pendapat tiga lainnya dimungkinkan benar,pencegahan Nabi SAW tentang penulisan hadist bersama dengan Al Quran dalam satu lembar atau kitab itu karena khawatir akan bercampur.Dan ada kemungkinan pencegahan Nabi SAW atas penulisan hadist pada satu kitab itu di awal islam sehingga orang islam tersibukkan dengan hadist dan melalaikan Al Quran. Nabi SAW berharap orang islam agar menjaga Al Quran dalam dada mereka dan menulis di papan,kertas dan di tulang untuk menguatkan penjagaan Al Quran.Dan dalam hal ini Nabi SAW memberi toleran kepada orang yang bisa membedakan Al Quran dan hadist untuk membukukan sunnah seperti Abdullah ibn Amr.Nabi SAW juga memperbolehkan bagi orang yang sulit menghafal untuk menulis.Ketika orang islam sudah mampu menghafal Al Quran dan mampu membedakannya dari hadist maka datang pembatalan larangan menulis hadist secara umum.
Saya berpendapat mengenai hadist Abi Syah dan hadist Ibn Abbas bahwa keduanya merupakan izin secara umum dan pengizinan secara mutlak dalam menulis hadist, atas dasar ini tidak ada pertentangan dalam semua riwayat serta mudah mendapat kecocokan diantara riwayat.Dari sini jelaslah kebenarannya, maka selesailah pembahasan diporbolehkannya penulisan hadist di masa Rosulullah SAW. Dan kita akan tahu sebagian keterangan dalam penulisan hadist pada zaman Rosulullah SAW.
Kedua:
Penulisan Hadist Pada Masa Shohabat
Berdasarkan hadist yang diriwayatkan dari Nabi SAW tentang diperbolehkannya menulis hadist dan hadist yang ditulis pada zaman Nabi SAW bagi orang yang diberi toleransi oleh beliau untuk menulisnya, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sahabat tidak mau menulis hadist dan tidak melakukannya pada zaman khilafah disebabkan karena kesemangatan mereka untuk menjaga Al Quran dan sunnah.Maka kita dapat temukan diantara mereka ada yang melarang menulis sunnah dan yang memperbolehkan.Tidak lama kemudian banyak sohabat yang memperbolehkannya bahkan diriwayatkan dari sebagian orang yang awalnya melarang akhirnya mereka memperbolehkannya hal tersebut disebabkan hilangnya alasan pelarangan.
Hakim meriwayatkan dengan sanad dari Qosim ibn Muhammad dari sayyidatina Aisyah,bahwa beliau berkata, "Ayahku mengumpulkan hadist dari Rosulullah SAW sebanyak lima ratus hadist,sampai sampai pada suatu malam beliau tidak bisa tidur …….kemudian ketika pagi hari beliau berkata, "wahai anakku datangkanlah hadist yang kau miliki kepadaku", kemudian aku memberikannya lalu beliau membakarnya".<>
Sayyidina Umar ibn Khottob mempunyai rencana untuk mengumpulkan hadist,tidak lama kemudian beliau berubah fikiran.Diriwayatkan dari Urwah ibn Zubair sesungguhnya Umar ibn Khottob ingin mencatat hadist,beliau minta pendapat pada shohabat,kemudian para sohabat memberi pendapat untuk menulis hadist,setelah itu beliau istikhoroh selama satu bulan, kemudian pada suatu hari Allah SWT memberi kemantapan pada sayydina Umar ra,kemudian beliau berkata," saya ingin membukukan hadist, dan saya teringat kaum sebelum kalian yang membukukan kitab dan akhirnya mereka lupa pada kitabullah.Saya bersumpah tidak akan mencampur Al Quran dengan sesuatu apapun selamanya.<> Diriwayatkan dari Malik ibn Anas, bahwa sayyidina Umar ra berkata - ketika pendapat beliau berubah dari pendapatnya yang awal -, "Tidak ada kitab selain kitab Allah".Kekhawatiran sayyidina Umar ra dalam melakukan penulisan sunnah itu disebabkan kekhawatiran beliau terhadap orang islam yang berkonsentrasi pada selain kitabullah dan meninggalkan kitabullah,dengan ini kita dapat mengetahui alasan sayyidina Umar ra melarang mengambil kitab selain kitabullah.
Semua ini menunjukkan kekhawatiran sayyidina Umar ra dari ditinggalkannya kitabullah dan menyamakan kitab selain Al Quraan dengan Al Quran.Kita tahu bahwa beliau tidak suka pendapatnya ditulis dan beliau memerintah untuk menghapusnya ketika ditulis. Ketika sayyidina Umar ra ditusuk pedang beliau memanggil tabib,setelah beliau mengatahui ajalnya akan tiba beliau memanggil putranya seraya berkata,"Hai anakku Abdullah ibn Umar tuntunlah (dibopong) aku, apabila Allah SWT menghendaki aku mati maka itu akan terjadi,kemudian Abdullah ibn umar berkata,"Aku saja yang menghapus". kemudian umar berkata, "jangan, tidak ada seorangpun selain aku yang menghapusnya". Kemudian umar menghapus dengan tangannya sendiri, ditulisan tersebut terdapat permasalahan faroidh tentang bagian kakek dalam warisan.<>
Ketika keamanan Al Quran sudah terjamin sayyidina Umar ra menulis sesuatu dari sebagian sunnah kepada bawahannya dan sahabatnya.Diceritakan dari Abi Ustman Annahdiy,beliau berkata, "Ketika kita bersama Utbah ibn Farqot,Umar menulis sesuatu hadist dari Rosulullah SAW yang isinya,"Sesungguhnya Rosulullah SAW bersabda "Tidak memakai sutra didunia kecuali orang yang diakhirat tidak mendapatkannya" alhadist…….<>
Diriwayatkan dari Abdullah ibn Mas'ud, bahwa beliau tidak mau menulis hadist, keterangan ini diambil dari Abdurrahman ibn Al-aswad beliau mendengar dari ayahnya,yang menceritakan bahwa suatu ketika Alqomah datang dari makkah atau yaman dengan membawa sebuah kitab yang berisi hadist lalu diserahkan kepada Abdullah ibn Mas'ud dan beliau memerintah budak perempuannya untuk mengambil bejana berisi air kemudian kitab tersebut ditenggelamkan dalam air itu agar rusak.<> Apa yang dilakukan Abdullah ibn Mas'ud menunjukkan atas kekhawatiran beliau tersibukannya sahabat dengan penulisan hadist dan meninggalkan Al Quran. Dan suatu ketika diketahui bahwa beliau menulis hadist dengan tangannya sendiri ketika alasan pencegahan telah hilang.Juga diriwayatkan dari Mus'ir dari Ma'nin beliau berkata, "Abdurrahman ibn Abdullah ibn Mas'ud mengeluarkan sebuah kitab kepadaku dan beliau bersumpah kepadaku bahwa kitab tersebut adalah tulisan tangan ayahnya sendiri.<>
Sayyidina Ali ra ketika berkhotbah berkata yang berisi tentang perintah beliau untuk menghapus kitab yang berisi hadist dengan alasan bahwa celakanya kaum sebelum islam disebabkan atas kesibukan mereka menulis ucapan nabi nabi mereka dan meninggalkan kitab tuhan mereka.<>
Zaid ibn Tsabit tidak mengizinkan Marwan ibn Hakam untuk menulis hadist darinya,beliau berkata,"sesungguhnya Rosulullah SAW memerintahkan kepada kami untuk tidak mencatat sesuatu dari ucapan beliau".<>
Ibnu Abbas berkata,"Kami tidak menulis ilmu dan tidak mendiktekan ilmu."<> Diriwayatkan dari Said ibn Jubair dari Ibn Abbas ra bahwa beliau melarang menulis ilmu dan berkata,"Kaum sebelum kamu tersesat disebabkan atas tulisan mereka".<>
Abu Said Al-khudri berpegang teguh dengan hadist Rosulullsh SAW tentang pelarangan penulisan hadist,hal ini beliau ungkapkan ketika Abu Nadroh memintanya untuk membacakan hadist kepadanya.<>
Abu Musa melarang putranya menulis hadist darinya karena khawatir akan menambahi atau mengurangi,<> dan diriwayat lain beliau berkata,"hafalkanlah dari kami sebagaimana kami menghafalnya".<>
Beliau beliau ini merupakan pembesar sahabat yang tidak setuju adanya penulisan hadist diawal awal islam datang,sengaja kita sebut satu persatu dari para sahabat ini agar kita dapat mengetahui alasan atau sebab yang menjadikan beliau beliau ini tidak setuju dengan penulisan hadist,dan ternyata itu kita temukan bersama.Hal ini sesuai dengan pendapat Alkhotib Albagdadi yang berkata,"Adapun pelarangan penulisan diawal islam adalah supaya selain kitabullah tidak menyerupainya atau tersibukkan dengan selain Al Quran.<>
Dengan tujuan ini para sahabat dapat menguasai kitabullah dengan perhatian yang penuh,dengan menghafal dihati dan menjaganya dengan menulis dikertas kertas dan lainnya.Para sahabat mengumpulkan menjadi satu dimasa pemerintahan sayyidina Abu bakar dan dibuatkan beberapa duplikat dimasa pemerintahan Ustman ibn Affan dan di kirimkan di beberapa daerah kekuasaan islam supaya dijaga kemurnian dasar pertama islam ini dari campuran campuran yang bukan Al Quran.Setelah tujuan ini selesai barulah para sahabat menampakkan adanya penjagaan Al Hadist dengan cara menulis karena mulai hilang alasan pelarangan adanya penulisan dimasa awal.Semangat adanya penulisan datang dari banyak sahabat dan mereka memberi izin atas semua ini.
Dalam hal ini kita tidak ragu sebagaimana keraguan yang didengungkan oleh orang orang orientalis karena dalam hal ini tidak ada pertentangan diantara hadist,<>yang dengan keraguaannya mereka menghukumi hadist dengan maudhu' dan ihktilaq (dibuat buat),disini akan kami tuturkan ringkasan hadist hadist yang menerangkan atas diperbolehkannya penulisan dengan tujuan agar pendapat yang kami sebut ini nampak jelas kebenarannya.
Sebelum kita menyebut hadist hadist tersebut ada baiknya kalau kita menelaah kembali apa yang telah terjadi dari sahabat Umar ra,ketika pendapat beliau untuk mengumpulkan hadist sebagaimana beliau mengumpulkan Al Quran berubah dari kehendak beliau yang awal ini dan berpindah kepelarangan penulisan hadist karena takut adanya keserabutan antara Al Quran dan hadist dikalangan kaum muslimin pada waktu itu.Yaitu bahwa tindakan beliau ini telah menunjukkan atas diperbolehkannya menulis hadist setelah ada isyaroh dari Rosulullah SAW atas diperbolehkannya diakhir hayat beliau,seandainya sayyidina Umar ra ragu atas diperbolehkannya pasti beliau akan meninggalkannya dan tidak akan ada niyatan atau kehendak dari beliau terhadap apa yang telah dilarang Rosulullah SAW,jadi perpindahan beliau dari pendapatnya yang awal bukan karena hakikat pelarangan penulisan yang datang dari Rosulullah SAW,tapi karena beliau melihat adanya kemaslahatan yang lebih besar dan pentimg,karena itu kita tahu apa yang telah beliau lakukan disuatu saat yaitu menulis hadist dengan tangan mulia beliau sendiri dan dikirimkan ke orang yang beliau percaya serta aman darinya tercampurnya Al Quran dengan hadist.Tidak ada keheranan kalau suatu saat beliau juga memberi izin terhadap orang untuk menulis hadist Karena beliau melihat mulai hilangnya alasan pelarangan penulisan hadist yang disebabkan telah di bukukannya Al Quran dan pendapat ini dikuatkan dengan riwayat yang datang dari Amr ibn Abi Sufyan bahwa beliau sayyidina Umar berkata,"Ikatlah ilmu dengan tulisan."<>
Sebetulnya sebagian sahabat memperbolehkan penulisan hadist,sebagian dari mereka menulis hadist dengan tangannya sendiri dan berpindah dari pendapat mereka terutama sejak dibukukannya Al Quran dan disebarkan kepenjuru daerah islam.
Mereka itu adalah Abdullah ibn Mas'ud yang mana beliau berkata,"Aku tidak menulis sesuatu dizaman Rosulullah SAW kecuali masalah istikhoroh dan tashahhud"<>hal ini menunjukkan atas adanya tulisan selain Al Quran dizaman Roslullah SAW dan atas tidak adanya pelarangan dari Ibn Mas'ud terhadap penulisan dan telah kita ketahui bersama diawal, khobar tentang tulisan ibn mas'ud yang dibawa oleh putra beliau.
Sayyidina Hasan ibn Ali ra berkata kepada putra dan keponakan beliau,"Belajarlah belajarlah, sesungguhnya kamu anak anak kaum pada hari ini yang kelak menjadi pembesar pembesar kaum,barang siapa yang tidak hafal maka menulislah" .dan diriwayat lain ,"Tulislah dan simpanlah di rumah kalian".
Ummul mukminin sayyidah Aisyah ra berkata kepada keponakannya Urwah ibn Zubair ,"Hai anakku,saya dengar kamu menulis hadist dariku kemudian dikesempatan lain kamu mengulangi menulis lagi? Urwah menjawab,"Saya mendengar dari engkau hadist dalam bentuk yang demikian, kemudian aku mendengar dalam bentuk yang lain", kemudian sayyidah Aisyah berkata,"Apakah kamu menemukan perbedaan dalam makna (isi berita)?" Urwah menjawab,"Tidak".Sayyidah Aisyah berkata,"Hal itu tidak apa apa".<> Seandainya sayyidah Aisyah tidak suka (melarang) menulis maka beliau akan mencegah Urwah.
Abu Hurairah ra memberi izin kepada Basir ibn Nahik untuk menulis dan meriwayatkan hadist darinya.Pada riwayat lain Basir berkata,"Saya datang kepada Abu Hurairoh dengan membawa kitab yang aku tulis lalu aku baca dihadapannya dan aku berkata,"Hadist ini aku dengar dari engkau", beliau menjawab,"ya".<> Diriwayatkan dari Amr ibn Ummayyah Addomri bahwa beliau melihat banyak kitab didekat Abi Hurairah.<>
Muawiyah ibn Abi Sufyan menulis kepada Mughiroh ibn Syu'bah,"Tulislah kepadaku sesuatu yang engkau dengar dari Rosulullah SAW." lalu Mughiroh menulis untuknya yang berisi pelarangan mengatakan sesuatu yang tidak ia ketahui sendiri ( قيل وقال),banyak bertanya dan menyiakan harta.<>
Ibnu Abbas bertanya kepada Abu Rofi' dan ia beserta orang yang menulis untuknya (sekretaris),<>dan diriwayat lain ia membawa papan untuk tempat menulis<>beliau ini adalah orang yang tekun dalam belajar dan menulis,suatu ketika berkata,"Ikatlah ilmu dengan tulisan."<> Beliau juga pernah berkata,"Kami tidak menulis pada suhuf kecuali Al Quran dan Rosail." dan kita juga mengetahui beliau menulis selain rosail yaitu ketika beliau mengimlak (mendikte) kepada Mujahid dan berkata kepadanya, "tulislah."<> Suatu ketika Hajjaj (gubernur iraq ) menulis kepada beliau untuk meminta fatwa tentang seorang laki laki yang memksa saudara perempuannya,kemudian beliau menulis untuknya hadist Rosulullah SAW.<>
Abu Said Alkhudri beliau adalah sahabat yang meriwayatkan hadist Rosulullah SAW tentang pelarangan penulisan hadist mengatakan,"Kami tidak menulis kecuali Al Quran dan tasyahud."<>
Sahabat Rosulullah SAW yaitu Barrok ibn Azib menceritakan hadist dan menuliskan untuk orang orang di sekelilingnya, diriwayatkan dari Abdillah ibn Khunais berkata,"Saya melihat banyak orang disekeliling Barrok menulis dengan tangan mereka sendiri menggunakan qosob".<>
Warid ialah sekretaris Mughiroh ibn Su'bah ,ia menulis didepan Mughiroh.Begitu juga diriwayatkan dari Ibnu Umar ra bahwa beliau tidak keluar dari rumahnya diwaktu pagi hari hingga ia mutholaah (melihat) beberapa kitabnya dulu.<>
Sahabat Anas yang mana merupakan khodim Rosululloh SAW dan mulazamah diwaktu malam dan siang kepada beliau selama sepuluh tahun berkata kepada putranya,"Wahai anakku ikatlah ilmu dengan tulisan".<>Beliau juga mengimlak hadist Rosulullah SAW,<> hingga ketika orang yang berkumpul di hadapan beliau bertambah banyak beliau mengeluarkan kitab kitab yang merupakan kumpulan hadist Rosulullah SAW seraya berkata,"Ini adalah hadist hadist yang aku dengar dan aku menulisnya dari Rosulullah SAW serta aku perlihatkan kepada beliau".<>
Semua ini merupakan hadist hadist yang saling menguatkan dan tsubut dari para sahabat atas pembolehan penulisan hadist,mereka menulis hadist untuk pribadi mereka sendiri,dan dikemudian hari membacakan untuk para santrinya,yang pada akhirnya mereka berwasiat untuk menulis dan menjaga hadist,seperti apa yang dilakukan oleh sayyidina Ali ra, ibnu Abbas ra, Alhasan ra dan Anas ibn Malik ra setelah sebagian sahabat tidak suka untuk menulis disebabkan adanya ilat (alasan) pelarangan penulisan.
Dari kejadian pencabutan Ibnu Mas'ud dan Abi Said Alkhudri -yang telah kita ketahui dipembahasan awal- atas pendapatnya yang awal tentang pelarangan,nampak jelas alasan alasan para sahabat yang melarang penulisan hadist,karena beliau sendiri menulis selain Al Quran yaitu menulis permasalahan istikhoroh dan tasyahhud hal ini setelah alasan pelarangan mulai hilang.Ini adalah bukti yang kuat dan jelas bahwa pelarangan itu disebabkan kekhawatiran adanya perkara lain selain Al Quran yang menyamainya dan khawatir terpusatkannya perhatian sahabat terhadap selain Al Quran.Khotib Albagdadi mengatakan bahwa ketika Al Quran mulai aman,kebutuhan akan penulisan ilmu mulai nampak maka penulisan tidak dilarang,sebagaimana para sahabat menulis tentang tashahud dan selain tasyahud itu sama dengan tashahud yaitu sama sama bukan Al Quran.<> Penulisan ini merupakan bentuk hati hati dari sahabat sebagaimana mereka berhati hati dalam pelarangan penulisan diawal awal.
Ketiga:
Pembukuan Pada Masa Tabi'in
Para tabi'in mendapatkan ilmunya dari sahabat,mengetahui segala sesuatu juga dari para sahabat dan mereka menerima banyak hadist Rosulullah SAW dari sahabat mereka tahu kapan sahabat melarang menulis hadist dan kapan memperbolekan,maka mereka mengikuti pendapatnya karana para sahabat adalah golongan pertama yang hafal serta paham Al Quran dan hadist,maka wajar apabila pendapat mereka sama dengan pendapat sahabat seputar hukum pembukuaan hadist karena sebab yang mendorong sahabat dan khulafaurrosidin atas pelarangan penulisan hadist adalah sebab yang mendorong tabiin melakukan hal yang sama.Maka mereka melarang menulis hadist selama alasan alasan tersebut masih ada dan mereka sepakat atas pembukuan hadist dan memperbolehkannya ketika alasan tersebut hilang,bahkan kebanyakan dari mereka mendorong dan menganjurka pembukuan hadist. Maka tidak asing bagi kita ketika menjumpai dua hadist dari tabi'in yang isinya satu melarang membukukan dan yang satu memperbolehkan dan kita tidak perlu heran dari banyaknya hadist atas pelarangan pembukuan dan hadist yang menunjukkan atas diperbolehkannya membukukan hadist yang berasal dari generasi tabi'in yang berbeda beda, selama kita menghadapkan kumpulan hadist tersebut kearah yang mencocoki sebab sebab didatangkannya hadist tersebut dan kita melihat cara sahabat yang akhir akhir dan pembesar pembesar tabi'in dalam memperbolehkan pembukuan hadist dengan syarat syarat yang bisa mencounter sebab sebab pelarangan pembukuan hadist yang datangnya dari Nabi SAW dan pembesar sahabat.Adapun pembesar tabiin yang melarang pembukuan hadist yaitu :Ubaidah ibn Amr Assilmani Almurodi(W-72H), Ibrohim ibn Yazid attaimi (W-92H),Jabir ibn Zaid (W-93H), Ibrohim Annokhoi(W-96H).
Ketidaksetujuan tabi'in dalam penulisan hadist makin bertambah ketika pendapat pribadi mereka tersebar,maka mereka khawatir pendapat tersebut ditulis oleh para muridnya bersamaan dengan hadist, yang dapat mengakibatkan tercampurnya kemurnian hadist.dalam hal ini Ustad doctor Yusuf Al-I'shy berpendapat, "Adapun golongan yang melarang pembukuan hadist maka pelarangaan tersebut diarahkan pada sesuatu yang tidak berseberangan dengan kesimpulan kita,mereka semua adalah ahli fiqih,tidak ada satu ahli hadist pun diantara mereka yang tidak ahli fiqih.Orang ahli fiqih itu mengumpulkan antara ilmu hadist dan pendapat, maka mereka khawatir pendapat dan ijtihad mereka ditulis bersamaan hadist Rosul"dan beliau menguatkan pendapatnya dengan beberapa contoh,beliau berkata ,"kita menemukan dalam kenyataan hadist hadist yang meriwayatkan tentang pelarangan penulisan pendapat mereka,seperti penolakan Zaid ibn Tsabit terhadap sekretaris Marwan atas penulisan pendapatnya …. seorang laki laki datang kepada Said ibn Musayyab –beliau adalah termasuk ahli fikih yang melarang pembukuan hadist-, kemudian orang tersebut bertanya sesuatu kepada said kemudian beliau mendiktenya kemudian orang tersebut bertanya tentang pendapatnya dan beliau menjawabnya ,kemudian orang tersebut menulis jawaban itu,maka salah satu yang hadir di situ bertanya kepada Said ,"wahai Aba Muhammad apakah pendapatmu boleh ditulis?, maka Said berkata pada orang itu ,"bawa sini tulisanmu".Kemudian orang itu memberikannya,kemudian Said merobek catatan itu.Diceritakan kepada Jabir ibn Zaid bahwa banyak orang yang menulis pendapatnya,kemudian Jabir bekata, "Kalian semua menulis sesuatu yang mungkin saya ralat di kemudian hari"
Ketidaksukaan mereka bukan pada penulisan hadist melainkan penulisan pendapat mereka, adapun hadist hadist yang menunjukkan pelarangan ditujukan untuk penulisan pendapat pribadi secara khusus.Kejadian ini sama dengan kejadian pada zaman Nabi SAW dan para sahabat yang awal, tentang di khawatirkannya percampuran antara Al Quran dan hadist dan atau beralihnya konsentrasi mereka dari Al Quran ke hadist.
Pendapat ini dikuatkan dengan khabar khabar dari para tabi'in yang mendorong penulisan hadist dan memberi toleran pada murid muridnya untuk menulis apa yang didapat dari para tabi'in pembukuan hadist semakin ramai ketika murid murid bisa membedakan antara pelarangan penulisan pendapat dan pelarangan penulisan pendapat beserta hadist. Para tabi,in tekun menulis di halaqh halaqoh sahabat seperti Said bin Jubair(W-95 H).yang menulis dari ibnu Abbas, ketika bukunya telah penuh maka beliau menulis di sandalnya hingga penuh.
Diriwayatkan dari Said bin Jubair beliau berkata," saya berjalan pada malam hari bersama dengan ibnu Abbas dan ibnu Ummar dan saya mendengar hadist dari keduanya kemudian aku menulisnya di tengah tengah perjalanan sehingga aku turun dari kendaraan lalu aku menulisnya". Said ibn Musayyab(W:94 H)memberi toleran pada Abdurrahman bin kharmalah untuk menulis ketika dia mengeluh atas lemah hafalannya.Amir Assa'bi setelah mengatakan,"Saya tidak akan menulis hitam di atas putih" kemudian berulang ulang mengatakan ,"tulisan itu merupakan tali ilmu" setelah itu beliau mendorong untuk mencatat dan berkata "Apabila kalian mendengar sesuatu dariku maka catatlah walaupun di atas dinding" dan beserta itu telah diriwayatkan tidak ada satu kitabpun milik Amir Sa'bi setelah wafat beliau kecuali kitab faroid dan pidana ,dan ketika kitab yang ditinggalkannya sedikit hal ini menunjukkan kuatnya hafalan beliau dengan bukti beliau lebih banyak berpegang pada hafalannya dari pada tulisan, hal ini juga tidak menghilangkan pengimla'annya terhadap muridnya dan mendorong mereka untuk menulis.Dhohak ibn Muzahim (W-105 H) mengatakan,"Ketika aku mendengar sesuatu maka aku akan menulisnya walau di atas tembok", seperti halnya Dhohak mengimla' pada Husain ibn Uqail tentang manasik haji.
Banyak kitab yang menyebar diwaktu itu,hingga Hasan Albisri (W-110H) berkata, "Saya mempunyai kitab dan semuanya saya rawat",begitu juga dengan raja Umar ibn Abdul Aziz (61-101H) beliau rajin menulis hadist ,diriwayatkan dari Abi Kilabah beliau berkata,"Umar ibn Abdul Aziz keluar untuk menunaikan sholat dzuhur saya lihat ia membawa kertas lalu setelah waktu asyar tiba ia keluar untuk menunaikan sholat asyar dan ia juga membawa kertas,kemudian aku bertanya ,"Wahai amirul mukminin kertas ini untuk apa?" Beliau menjawab "ini hadist,saya mendapatnya dari Aun ibn Abdullah dan saya merasa heran hingga saya tulis ….." , semua hal ini menunjukkan bahwa pembukuan hadist juga sudah ada dan ramai pada era akhir abat satu dan awal abat dua hijriah . Kitab waktu itu sudah bermunculan hingga kita tahu Mujahid ibn Jabir (W-103H) beliau membiarkan murid muridnya naik kekamarnya untuk menyalin kitab kitab miliknya.Hisyam ibn Abdul malik pernah menyuruh pekerjanya untuk bertanya kepada Rojak ibn Haiwah (W-112H) tentang hadist ,kemudian Rojak berkata"Aku sudah lupa andai aku tidak punya kitab ini".Begitu pula dengan Athok ibn Abi Robah(W-114H) beliau menulis hadist untuk diri beliau sendiri dan terkadang minta tolong putranya,santri santri beliau juga menulis didepan beliau,karena dukungan beliau terhadap muridnya untuk menulis belajar sangat keras.Diriwayatkan dari Abi Hakim Alhamadani ,beliau berkata,"Semasa kecil saya bersama Atok ibn Abi Robah dan beliau berkata,"Wahai anak anak kemarilah dan menulislah,yang tidak bisa menulis akan saya tuliskan,dan yang tidak punya kertas akan saya beri".
Gairah ilmiyah bergerak cepat dan semakin bertambah penulisan penulisan dan pembacaan hadist,hal ini ditunjukkan dengan riwayat dari Walid ibn Abi Saaib yang berkata,"Saya melihat Makhul,Nafi' dan Atok dibacakan hadist di depannya.Dan diriwayatkan dari Ubaidillah ibn Rofik beliau berkata,"Saya melihat orang membaca hadist didepan Ala'roj (Abdurrahman ibn Hurmuz)(W-117H) hadistnya yang diriwayatkan dari abu Hurairoh dari Rosulullah SAW kemudian ia berkata,"Hadist ini dari anda wahai Aba Dawud? Belaiu menjawab "ia…..".
Pada awal abad pertama hijriah raja Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan kepada pembesar ulama agar menulis hadist dan membukukannya,kemudian mengirimnya ke daerah daerah kekuasaan islam dan inilah pembukuan hadist yang pertama dari kerajaaan yang telah disepakati oleh para ahli sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar