Kamis, 10 Juni 2010

penghianatan Syi'ah sejak dulu hingga sekarang

PENDAHULUAN
Menurut etimolog, kata Syi'ah berarti pengikut, juga mengandung makna pendukung dan pecinta juga dapat diartikan kelompok, maka Syi'ah Aly berarti para pengikutnya dan pendukungnya. Dalam hal ini golongan Ahlisunnah wal Jama'ah dapat dikatakan sebagai Syi'ah Aly bin Aby Tholib , karena sebagai pengikut Ahli Sunnah wal Jama'ah diharuskan mengikuti dan mendukung serta mencintai Imam Aly . Alasanya karena beliau termasuk salah satu Ahlul Bait yang harus kita cintai dan kita hormati. Disamping itu, beliau juga termasuk Khulafaur Rosyidin yang kesemuanya harus kita hormati dan ikuti.
Rosulullah  pernah bersabda:
عَلَيكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَاشِدِيْن مِنْ بَعْدِي
"ikutilah Sunnahku dan Sunnah para Khulafaur Rosyidin sesudahku" (HR Ibnu Majah)
Dengan adanya pengertian Syi'ah secara bahasa ini, ada sebagian orang Sunni yang menganggap bahwa dirinya otomatis Syi'ah, itu karena kurangnya pengertian mereka. Sehingga tidak tahu yang sedang kita hadapi adalah Syi'ah Madzhaban atau lebih tepatnya Aliran Syi'ah.
Oleh karena inilah Syi'ah secara bahasa tidak digunakan oleh Salafussholeh, karena banyaknya aliran Syi'ah yang dianggap sesat. Salafussholih lebih suka istilah Muhibbin bagi pengikut dan pecinta Sayyidina Aly  dan keturunannya.
Sementara menurut Terminolog kajian sekte-sekte Islam, Syi'ah berarti orang-orang yang mendukung Sayyidina Aly  secara khusus, dan berpendapat bahwa sayyidina Aly  saja yang berhak menjadi kholifah dengan ketetapan Nash dan wasiat dari Rasulullah , baik secara tersurat atau tersirat. Mereka berkeyakinan bahwa hak imamah tidak keluar dari keturunan beliau.

ASAL USUL
Syi'ah dengan beragam sektenya walaupun baru tampak pada permulaan Abad ke-3 Hijriyah, namun jauh dari itu sekitar abad awal Abdullah bin Saba' telah menyebarkan bibit-bibit kefahaman Syi'ah. Dia adalah orang yang pertama kali menyebarkan kefahaman Syi'ah. Dia adalah orang yahudi Shon'a (Yaman) yang menampakkan keislaman pada masa Kholifah Utsman .
Pada masa itu (masa Kholifah Utsman bin Affan ) daerah kekuasaan Islam semakin meluas, diluar Madinah banyak didapati kaum muslimin yang lemah agamanya, karena masih baru masuk Islam. Pada masa ini, muncullah Abdullah bin Saba' seorang pendeta yahudi yang pura-pura masuk Islam, dimana dia menganggap adanya peluang besar untuk menaburkan benih-benih perpecahan di kalangan kaum muslimin, demi menghancurkan Islam dari dalam, sebagai sekenario-panjang kaum Yahudi. Gerakan ibnu Saba' ini diawali dengan penyebaran isu-isu negatif dikalangan Masyarakat, menyangkut diri sayyidina Utsman . Isu-isu bohong tersebut sempat berpengaruh dikalanga Awam di kawasan-kawasan pinggiran seperti Mesir, Yaman, Kufah dan Bashrah, tetapi tertolak dikawasan Madinah dan Syam.
Upaya selanjutnya, Ibnu Saba' menebarkan ajaran sesat bahwa Aly bin Abi Tholib adalah orang yang mendapatkan wasiat dari Nabi SAW untuk memimpin Umat sepeninggal beliau. Isu itu dikembangkang menjadi Isu memaki-maki tiga Kholifah sebagai perampas Kholifah dan penghianat terhadap wasiat Nabi.
Isu ini kemudian menjadi dasar akidah Syi'ah dan di kembangkan menjadi "Imam Dua Belas" dengan mengklaim keturuna Sayyidina Aly bin Abi Thalib dari Sayyidina Husain . Kemudian di kembangkan lagi dengan munjulnya ajaran "Ishmah".
Dikalangan Syi'ah kontemporer, mencoba untuk mengingkari keberadaan Abdulllah bin Saba' dengan seribu satu dalil yang tidak ilmiyah, mereka menganggap cerita tentang Abdullah bin Saba' hanyalah legenda yang tidak ditemukan ujung pangkalnya, ia hanyalah tokoh fiktif yang dibuat-buat. Termasuk yang menafikan sosok Abdullah bin Saba' dari Indonesia adalah penulis terkenal Dr. Quraisy Shihab dalam bukunya "Sunnah Syi'ah bergandengan, munkinkah? Kajian Atas Konsep Ajaran dan Pemikiran". Bahkan ada yang mengatakan seperti Aly al-Wardi dan Mushthafa as-Syaibi bahwa Abdullah bin Saba' tidak lain adalah seorang Sahabat yang bernama Ammar bin Yassir . Yang di ikuti oleh Prof. Dr. Said Aqil Siroj dalam makalahnya yang berjudul " Latar Kultur dan Politik Kelahiran ASWAJA".
Namun hal ini di bantah oleh tokoh kontemporer dari kalangan Syi'ah sendiri, Muhammad bin Husain al-Zain dalam bukunya "al-Syi'ah wa al-Tarikh". Tokoh Syi'ah terdahulu juga banyak yang yang mengakuai keberadaan sosok Abdullah bin Saba' seperti al-Mazandarani dalam "Muntaha al-Maqol", al-Istirbadzi dalam "Manhaj al-Maqol" dan yang lainya.

AJARAN SYI’AH YANG SESAT DAN MENYESATKAN
Setelah kegaiban imam Mahdi pada tahun 329. H di proklamirkan secaca resmi oleh orang-orang Syi'ah, munculah persoalan-persoalan ganjil dalam dunia pemikiran Syi'ah.
Persoalan pertama adalah timbulnya pandangan-pandangan yang menegaskan bahwa posisi khalifah pasca Rasulullah berada ditangan Ali berdasarkan teks Ilahi dan bahwa para shahabat-diluar segelintir dari mereka-telah menentang nash ini karna mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah.
Pada saat yang sama muncul pula pandangan-pandangan lain yang menyatakan bahwa iman terhadap konsepsi Al-imamah (kepemimpinan) adalah pelengkap Islam.
Hingga sebagian ulama Syi'ah memasukan imamah dalam Adl (keadilan) dalam tiga prinsip dasar agama, yaitu; tauhid, nubuwwah dan Al-ma’ad (Hari kiamat). sebagian lagi mengatakan bahwa keduanya termasuk prinsip-prinsip dasar madzhab (Syi'ah) bukan agama. dan muncul pula riwayat-riwayat yang dikutip dari para imam Syi'ah yang mengandung pelecehan terhadap khulafaurrasyidin dan sebagian istri Nabi Muhammad.
Dibawah ini ajaran-ajaran Syi'ah yang sesat menyesatkan:

• Menurut Syi'ah, Al-Quran tidak sempurna.
Mereka menganggap al-Qur'an yang ada di tangan kaum muslimin saat ini bukanlah al-Qur'an yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Mereka berpandangan al-Qur'an yang ada sekarang telah mengalami perubahan, penggantian dan pengurangan.
At-Thibrisi, salah seorang ahli hadits syi'ah, meyakini telah terjadi perubahan dalam al-Qur'an.
Salah seorang ulama mereka, Muhammad bin Ya'qub al-Qulaini, berkata: yang mengumpulkan dan membukukan al-Qur'an hanyalah para Imam.
Diriwayatkan dari Abu Ja'far ia berkata: siapa yang mengaku telah mengumpulkan al-Qur'an dan membukukan seluruh isinya seperti yang diturunkan Allah maka sesungguhnya ia seorang pendusta. Tidak ada yang mengumpulkannya dan menghapalkannya seperti yang diturunkan Allah melainkan Ali bin Abi Thalib dan para imam sesudahnya.
Mereka juga beranggapan kalau harus menjauh dari membaca al-Quran, mentafsirinya dan lebih baik membiarkanya.
Aly Khumaini berkata: "sungguh, ketika kita munkin belajar pada waktu kita memperbolehkan Ijtihad tanpa melihat al-Quran pun. Kenapa? Karena belajar kita tidak berpegang dengan al-Quran".
Dia juga berkata: "ketika seseorang ingin memperoleh derajat keilmuan, maka jangan sekali-kali ia mentafsiri al-Quran sehingga ia di anggap bodoh".
Oleh sebab itulah mereka akan terjerumus dalam kesesatan, karena mereka telah lari dari al-Quran, bagaiman munkin mereka akan dapat petunjuk, jika mereka tidak mempelajarinya .
Meski orang-orang syi'ah berpura-pura (bertaqiyah) tentang masalah ini karena takut faham ini diketahui oleh kaum muslimin, namun masalah ini begitu jelas tertulis dalam buku induk mereka. Di antaranya dalam kitab Fashlul Khithab, al-Ihtijaj, Ushulul Kafi dll.
Buku-buku seperti ini senantiasa berusaha disembunyikan agar tidak diketahui oleh kaum muslimin.

• Syi'ah berkeyakinan bahwa pada suatu waktu sebelum kiamat, ketika datang Imam Mahdi, orang yang yang tertinggi Imannya dan orang yang paling bejat dihidupkan kembali kedunia. (baca; Aqoidul Imamiyah)
Akidah ini namanya Raj'ah, yang dikehendaki dengan orang yang tertinggi Imannya adalah para Imam mereka, dan orang yang paling bejad adalah para Shahabat Nabi kecuali tiga atau empat saja .
Berkata Al Majlisi di dalam Kitab "Haqul Yakin" dari Muhammad Al Baqir (berkata) : "Jika Al Mahdi telah keluar, maka sesungguhnya ia akan menghidupkan 'Aisyah Ummul Mukminin dan ia melaksanakan (menjatuhkan) hukum had (hudud) atas diri Aisyah". Kemudian bagi mereka pemahaman Raj’ah ini berkembang, dan mengatakan (berlakunya) Raj’ah (kembali hidup) seluruh orang syiah dan imam-imam mereka dan seluruh musuh mereka bersama imam-imam mereka. Akidah khurafat ini mengungkapkan rasa dengki yang tersembunyi di dalam diri mereka, yang mereka mengungkapkan rasa dengki itu dengan cerita dongeng seperti ini. Dan adalah keyakinan ini merupakan sarana (jembatan) yang diambil oleh orang-orang Sabaiyah untuk mengingkari hari akhirat.
Dalam Aqidah ini, menurut Dr. Musa al-Musawi dalam kitabnya "as-Syia'ah wat Tashhiih" bahwa banyak dari orang awam Syi'ah sendiri yang tidak mengerti tentang Raj'ah ini,

• Taqiyyah sebagai menampakkan selain apa yang mereka siarkan.
Taqiyah didefinisikan oleh salah seorang tokok kontempore Syi'ah adalah "suatu ucapan yang anda lakukan tidak sesuai dengan keyaginan, untuk enghindari bahaya yang mengancam jiwa anda, harta, atau untuk menjaga kehormatan anda.
Mereka beranggapan bahwa Imam-imam mereka melakukan Taqiyah dan mereka beranggapan Imam Ja'far dan Ayahnya telah berkata: "Taqiyah bagian agamaku dan agama ayahku, dan tidk ada agama bagi yang tidak mau Taqiyah"
Bahkan mereka beranggapan bahwa Rosulullah  pernah melakukannya, yaitu ketika seorang tokoh munafiqin yang bernama Abdullah bin Ubay bin Salul meninggal dunia dimana beliau datang untuk mensholatinya, maka Umar bin Khotthob berkata kepadanya,"Tidakkah Allah telah melarangmu melakukanhal itu?, maka Rosulullah  menjawab: "celakalah engkau, tahukah engkau apa yang aku baca? Sesungguhnya aku mengucapkan "Ya Allah, isilahmulutnya dengan api dan penuhilah kuburannya dengan api dan masukkan dia dalam neraka".
Lihatlah wahai saudaraku muslim, bagaimana mereka telah menyandarkan kepada diri Rasulullah kedustaan. Apakah masuk akal, bahwa para sahabat Rasulullah mendoakan rahmat untuknya (Abdullah bin Ubai), sedangkan Nabi melaknatnya?
Al Kulaini menukilkan di usul Kafi : " Berkata Abu Abdillah: "wahai Abu Umar sesungguhnya sembilan per sepuluh (sembilan puluh persen) agama ini terletak pada (akidah) Taqiyah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak melakukan Taqiyah, Taqiyah ada pada setiap sesuatu kecuali di nabidz (korma yang direndam dalam air untuk membuat arak) dan di dalam menyapu atas khuuf (kaus atau kulit kulit)." Dan dinukilnya juga dari Abi Abdillah ia berkata : "Jagalah agama kalian dan tutuplah agama itu dengan Taqiyah, karena tidak ada iman bagi orang yang tidak mempunyai Taqiyah."
Demikianlah pandangan mereka, mereka mengangkap telah menempuh alan yang lurus dengan adanya penipuan-penipaun, tapi dibalik itu, mereka telah nelecehkan Imam-imam mereka dengan menisbatkan Taqiyah yang berupa kebohongan. Sebab orang-orang yang menganggap taqiyah itu sebuah keharusan, mereka tidak akan diterima perkataanya karena di munkinkan ada taqiyah atau kebohongan.
Oleh sebab itulah seluruh Ulama hadits telah sepakat untuk tidak menerima riwayat dari mereka, karena dihawatirkan ada taqiyah atau kebohongan dalam periwayatan.

• Syi'ah membenarkan kawin mut'ah.
Nikah mut'ah adalah nikah kontrak dalam waktu tertentu. Beberapa tahun, bulan, minggu atau bahkan beberapa jam saja. Terserah pada kesepakatan calon 'mempelai'.
Dalam ajaran Syi'ah, mut'ah memiliki keistimewan besar. Diantara kedustaan yang dilontarkan oleh tokoh-tokoh Syiah dan disandarkan kepada Ja'far as-Shadiq (cucu Ali bin Abi Thalib) bahwa, menurut Fathullah al-Kasyani, ia berkata: Mut'ah adalah bagian dari agamaku, dam agama nenek moyangku, siapa yang mengamalkannya berarti ia mengamalkan agama kami. Siapa yang mengingkarinya, maka ia mengingkari agama kami, bahkan ia bisa dianggap beragama selain agama kami. Anak yang lahir dari mut'ah lebih baik dari anak yang lahir dari nikah permanen. Orang mengingkari nikah mut'ah ia kafir dan murtad.(Minhajus Shadiqin)
Dinukil oleh al-Qummy, dari Abdullah bin Sinan dari Abu Abdillah ia berkata: Sesungguhnya Allah mengharamkan atas orang-orang Syi'ah segala minuman yang memabukkan dan menggantikan bagi mereka mut'ah.
Mereka bahkan tidak membatasi jumlah wanita yang boleh dimut'ah.
Disebutkan dalam buku mereka. Dari Zurarah, dari Abu Abdillah ia berkata: saya bertanya kepadanya tentang jumlah wanita yang dimut'ah, apa hanya empat? Ia jawab nikahilah 1000 wanita, karena mereka dikontrak (Furu'ul Kafi).
Nikah Mut'ah mempunyai perbedaan mendasar dengan nikah Sunni (nikah yang sah menurut syar'i), diantara perbedaan tersebut adalah:
• Nikah mut'ah dibatasi dengan waktu, nikah Sunni tidak dibatasi dengan waktu.
• Nikah mut'ah berakhir dengan habisnya waktu yang ditentukan dalam akad atau faskh, sedangkan nikah sunni berakhir dengan thalaq atau meniggal dunia.
• Nikah muth'ah tidak berakibat saling mewarisi antara suami istri, nikah Sunni menimbulkan pewarisan diantara keduanya.
• Nikah mut'ah tidak membatasi jumlah istri, nikah sunni dibatasi maksimal empat istri.
• Nikah mut'ah dapat dilaksanakan tanpa wali dan saksi, nikah sunni harus dilaksanakan dengan wali dan saksi.
• Nikah mut'ah tidak mewajibkan suami menafkahi istri, nikah sunni mewajibkan suami memberikan nafkah pada istri.
Dengan demikian, praktek nikah mut'ah sama dengan perziahan atau kumpul kebo, karena dalam praktek nikah jelas tiak memenuhi syarat sahnya nikah. Sedang hadits-hadits yang memperbolehkan mut'ah yang ditulis oleh pakar-pakar hadits dan ulam-ulama islam secara jujur sudah di naskh oleh hadits-hadits yang mengharamkannya. Yaitu hadits:
قال رسول الله صلى الله عليه ةسلم: يا أيها الناس إني قد كنت أذنت لكم في الاستمتاع من النساء وإن الله قد حرم ذلك إلى يوم القيامة فمن كان عنده منهن شيء فليخل سبيله ولا تأخذوا مما آتيتموهن شيئا.رواه مسلم.
Oleh sebab itulah semua ulama' telah sepakat kalau mut'ah itu hukumnya haram.
Dan masih banyak lagi kesesatan-kesesatan mereka, baik dalam masalah furu'iyah atau dalam akidah.

• Syi'ah berpendapat Imam mereka ma'shum, terjaga dari dosa
Aqidah imamah adalah merupakan aqidah pokok dalam ajaran Syi'ah. Karena dari aqidah ini timbullah faham-faham yang isinya sangat menyimpang dari ajaran Rasulullah , seperti sikap mereka terhadap Qur'an, terhadan Shahabat dan Istri-Istri Rasul .
Orang-orang Syi'ah juga berkeyakinan kalau Imam-imam mereka mempunyai sifat Ma'shum (terjaga dari kesalahan dan Dosa), Dinukil oleh Al Kulaini dalam Usulul Kafi : "Telah berkata Imam Ja'far as Shodiq : "Kami adalah perbendaharaan ilmu Allah, kami adalah penterjemah perintah Allah, kami adalah kaum yang maksum, telah diperintahkan untuk menta'ati kami, dan dilarang untuk menentang kami, kami adalah hujjah Allah yang kuat terhadap siapa yang berada di bawah langit dan di atas bumi". Bahkan mereka berkeyakinan bahwa Imam-imam mereka mengetahui segala sesuatu, baik yang udah terjadi atau yang belum terjadi. Disamping itu, mereka berkeyakinan para Imam tersebut mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada para malaikat Muqorrob, maupun kedudukan para Rasul.
Khumaini berkata dalamkitabnya al-Khukumah al-Islamiyah: "Salah satu prinsip aliran kami adalah, sesungguhnya imam-imam kami mempunyai kedudukan yang tidak dapat dicapai oleh para malaikat Moqorrab maupun nabi-nabi yang di utus". Dalam kitab al-Kafi juga diebutkan bahwa Imam Aly berkata: "Sungguh aku benar-benar mengetahui segala yang di langit dan di bumi serta segala yang di surga dan neraka dan apa-apa yang terjadi serta yang sedang dan akan terjadi".
Demikianlah sedikin contok kepercayaan orang Syi'ah mengenai Imam mereka.

• Syi'ah berpandangan hadits mereka disampaikan oleh Ahlul Bait
Doktrin al-Washiy (ditunjuknya Sayyidina Aly  sebagai pemimpin Umat sepeninggal Nabi ) ciptaan Abdullah bin Saba', juga mengarah pada pelumpuhan al-Hadits yang muataanya adalah ajaran-ajaran Rosulullah , sebagai pondasi kedua setelah al-Quran.
Sekenario jahat Abdullah bin Saba' ini tampak pada definisi al-Hadits di kalangan Syi'ah. Al-Hadits menurut Husain Kasyiful Ghita adalah:
"sesuatu yang shohih bagi kaum Syi'ah yang diriwayatkan dari Ahlil Bait dari kakek-kakek mereka, yaitu perkara yang diriwayatkan oleh Ja'far as-Shadiq dari ayahnya al-Baqir dari ayahnya Zainal Abidin dari Husain al-Sibthi dari ayahnya Amirul mu'minin dari Rasulullah "
Definisi ini sesuai dengan riwayat al-Kulani di dalam al-Kafi.
Sesuai dengan definisi mereka, maka mereka menolak semua hadits-hadits yang beredar di kalangan kaum muslimin ( kecuali ketika butuhkan untuk menguatkan doktrin kesesatan mereka), berlandaskan ide al-Baro'ah yang diciptakan Abdullah bin Saba', karena semuanya bersumber dari shahabat-shahabat Nabi .
Dengan membuat aksioma bahwa hadits-hadits Nabi  harus melalui jalur Ahlil bait, maka tokoh-tokoh Syi'ah sebagai penerus Ide Bin Saba' merasa memiliki peluang untuk menciptakan hadits-hadits palsu yang dilkaim berasal dari Ahlil bait .
Sebenarnya metode mereka dengan mengatas namakan study kritis yang meng adopsi sistem ''Brain Washing" adalah merupakan program Zionis Internasional untuk merusak aqidah umat Islam. Munculnya ide ini bermula dari kelelahan intelektual barat dan para Orientalis yang tadinya bekerja untuk Zionis. Karena tidak berhasil secara Ilmiyahmangkritik al-Quran, Sunnah Nabi dan ribadi Nabi , maka mereka beralih dengan mengembangkan kebebasan berfikir dan kritik dikalangan muslimin. Ini dianggap lebih ampuh, agar Isla dikritik oleh pemeluknya sendiri.
Sebagian metode ini digunakan oleh tokoh Syi'ah untuk maksud menguliti para Shahabat, Istri Nabi, Hadis Ahlussunnah. Dan pada gilirannya hadits Nabi  di kucilkan dengan kebesaran Imamh yang di unggulkan .

PERKEMABANGAN ALIRAN SYIAH
Bertahun-tahun lamanya gerakan Syi'ah hanya berputar di Iran, rumah dan kiblat utama Syi'ah. Pada waktu itu penduduk Iran yang beraliran Sunni berjumlah 10 juta atau 25% dari seluruh penduduk Iran. Mereka kebanyakan berdiam di Kurdistan, Bolwusytan, Turkuman dan pinggiran teluk (Badar Abbas). Dalam gerakan Revolusi menentang Syah Pahlevi yang dikendalikan Khumaini dari Paris, masyarakat Sunni aktif mendukung gerakan tersebut, karena Khumaini menjanjikan sebuah Republik Islam yang mensetarakan hak-hak antara kaum Syi'ah dan Sunni, tanpa adanya diskriminasi, bahkan Khumaini menjanjikan kemerdekaan tersendiri bagi kawasan penduduk Kurdi yang Sunni (kusdistan).
Namun setelah Pahlevi terguling dan dibentuk Republik yang memakai predikat Islam, para pemimpin sekaligus ulama-ulama besar Sunni ditangkap dan dipenjarakan. Diantaranya ulama Sunni terkenal al-Allamah Ahmad Mufti Zadah, Maulawiy Abdul Aziz dan lain-lain .
Sejak itulah, Syi'ah merembes ke berbagai penjuru dunia. Kelompok-kelompok yang mengarah kepada gerakan Syi'ah seperti yang terjadi di Iran, marak dan muncul di mana-mana.
Perkembangan Syi'ah, yaitu gerakan yang mengatasnamakan madzhab Ahlul Bait ini memang cukup pesat, terlebih di kalangan masyarakat yang umumnya adalah awam dalam soal keagamaan, menjadi lahan empuk bagi gerakan-gerakan aliran sempalan untuk menggaet mereka menjadi sebuah komunitas, kelompok dan jama’ahnya.

SKALA INTERNASIONAL
Ditilik dari fakta sejarah keberadaan Syi'ah tidak bisa lepas dari Yahudi, karena ini semua adalah rencana besar orang-orang yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam. Mulai dari Abdullah bin Saba' pendeta Yahudi yang berpura-pura masuk Islam, sampai terjadinya perang Irak-Iran yang terus menerus berkecamuk di masa Khumaini, dan Khumaini selalu menolak perundingan damai usulan Irak. Karena itu merupakan sekenario Zionis Israel guna melemahkan sendi-sendi kekuatan militer Irak yang merupakan bagian penting dari kekuatan Arab. Karena itu bantuan militer dari Israel terus dikujurkan slogan Anti Yahudi yang di gembar-gemborkan Iran, sedah dipahami oleh pihak Israel sebagai bentuk liku-liku politik untuk mengelabuhi warga negara dalam negeri dan negara-negara Islam lainnya. Salah stu transaksi persenjataan Iran dan Israel yang terbongkar oleh mediaadalah "Iran-Gate".
Khumaini telah memaksakan kehendaknya mengekspor revolusi ke negara-negara Islam. Dengan cara memberi beasiswa untuk belajar di Qom, dengan target dicetak sebagai Da'i Syi'ah dengan tanpa seleksi, sebaiman gholibnya terhadap remaja Sunni di negara-negara Islam.
Tadinya memang banyak negara Islam mendukung Revolusi itu, dalam batas Ukhuwah dan persamaan Tauhid. Namun tatkala negeri-negeri yang mendukung Iran mendapati aqidah mereka berbeda prinsipal dan suka merongrong Ahlus Sunnah (baca Juklak Depag RI. 1983 dan Fatwa MUI. 1984), maka jarakpun mulai direntangkan dan kuda-kuda dipasang. Brunai mengharamkan Syi'ah, dan Malaysia juga menindak praktik propaganda mereka. Penguasa sana pernah menyetop droping buku-buku Syi'ah .
Di Maroko, keberadaan madzhab Syiah yang kian hari kian berkembang secara signifikan rupanya banyak menuai keresahan kalangan ulama dan pemerintah negara kerajaan itu.
Awal bulan silam, suhu hubungan antara Maroko dan Iran jatuh pada titik terburuk, setelah Maroko memutuskan untuk memegat tali hubungan diplomatik dengan Iran, dengan alasan solidaritas 'sunni' terkait sengketa ekistensi antara Iran dan Bahrain. Selain itu, Raja Maroko Muhammad VI juga menyatakan Iran secara sengaja telah mencemari (tadnis) identitas Maroko yang menganut madzhab Sunni dan Maliki dengan madzhab Syiah.
Suasana mengendurnya hubungan antar kedua negara itu kian diperkeruh dengan statemen beberapa ulama Sunni Maroko yang meresahkan perkembangan madzhab 'Ahlu Bait' itu di negara mereka. Mereka juga menyebut gerakan Syiah di Maroko sebagai gerakan 'Hamisyi' (pinggiran) dan Hasysyasyun (sempalan) yang bermasalah.
Dalam wawancaranya dengan harian al-Arabiyyah (19/3), Anggota Persatuan Ulama Maroko Syaikh Abdul Bari az-Zamzami menyatakan, sumber gerakan Syiah di Maroko berasal dari Eropa, lebih tepatnya lagi Prancis dan Belgia. Di kedua negara tersebut hidup ribuan imigran Maroko dalam suasana kebebasan mutlak.
Selain itu, az-Zamzami menyatakan adanya faktor lain yang turut menyokong gerakan Syiah di negerinya, yaitu faktor material. Kedutaan Iran di Maroko memberikan banyak mukafaah (bea) kepada orang-orang Maroko yang bisa membantu menyebarkan madzhab Syiah, selain banyaknya pelajar asal Maroko yang belajar di Iran dan akhirnya memiliki keterikatan kuat dengan Syiah.
az-Zamzami sendiri mendukung diputuskannya hubungan diplomatik antara negaranya dengan Iran. Hemat az-Zamzami, kerajaan harus ikut campur untuk membentengi akidah warganya. Di samping itu, az-Zamzami juga menyerukan untuk menarik buku-buku Iran dan Syiah dari peredaran pasar buku Maroko .

TOKOH SYIAH INTERNASIONAL
Jaringan Syiah internasional sekarang ini terbagi dalam dua wilayah.
Pertama, wilayah utama yaitu daerah bekas wilayah imperium Persia. Dalam wilayah utama, pengembangan Syiah dilakukan dengan pendekatan politik dan kultural.
Kedua; wilayah pinggiran dimana areanya meliputi negara-negara di luar wilayah imperium Persia. Dalam wilayah ini, pendekatan kultural lebih diutamakan.
Dalam wilayah bekas Persia, terdapat lima ulama maraji penting yaitu:
Ali Hosseini Khamenei; Tokoh utama Marja Iran.
Ali Hosseini Sistani; . Tokoh utama Marja Iraqn.
Issa Ahmed Qassim; Tokoh utama Marja Bahrain
Mohammad Hussein Fadlallah; Tokoh utama Marja Lebanon.
Qorban Ali Kaboli; tokoh utama Marja Afganistan,
Lima Maraji inilah yang sekarang menjadi kiblat pengembangan Syiah Internasional

BAGAIMANA DENGAN INDONESIA
Reformasi tak dimungkiri menjadi semacam pintu bagi kebangkitan sejumlah mazhab keagamaan di Indonesia yang sebelumnya terpinggirkan. Satu di antaranya kaum Syi'ah. Setelah sekian lama bergerak di bawah tanah, mereka mulai berani menunjukkan eksistensi dirinya. Dalam bahasa lain, para pendukung Ali bin Abi Thalib itu telah meninggalkan masa taqiyah (penyembunyian jati diri).
Tengara paling mudah bahwa kaum Syi'ah mulai bangkit adalah perayaan secara terbuka hari-hari besar Syi'ah semacam Peringatan Tragedi Karbala, Hari Arbain, atau Hari Algadir, yakni hari pengangkatan Sayidina Ali sebagai imam pertama oleh massa dalam jumlah besar.
Tidak ada data yang otentik yang menyebutkan kapan persisnya ajaran Syi'ah masuk ke Indonesia. Namun melihat fakta dan sejarahnya, masuknya Syi'ah tidak bisa terlepas dari sejarah negeri asal Syi'ah, yaitu Iran. Sejak tumbangnya Syah Reza Pahlevi pada tahun 1979 melalui sebuah revolusi besar dan menduniayang di pimpin oleh Ayatullah Khumaini. Sejak itu pula ajaran Syi'ah menyebar ke berbagai Negar. Gema jihat melawan kemunkaran dan kedholiman ditransfer ke berbagai penjuru dunia. Sehingga mendapat sambutan luas dan respons positif dari berbagai kalangan di berbagai belahan dunia. Dengan terbentuknya solidaritas muslim dunia yang secara moral mendukung gerakan tersebut. Dari sepak terjang gerakan tersebut, ada hal yang menarik yang bisa membangun dan menumbuhkan rasa solidaritas dunia Islam tersebut, yaitu militansi keislaman. Orang melihat bagaimana keadilan melawa kedholiman, kebenaran melawan kemunkaran dan menang.akhirnya menyedot perhatian dunia Islam dan banyak orang menyanjung dan mengagumi sang pemimpin refolusi, yaitu Ayatullah Khumaini, dan mereka pun berharap dan berdo'a untuk kemajuan Islam dan kebangkutan kaum muslimin. Akhirnya banyak yang menutp mata atau meremahkan dan mengabaikan faham Syi'ah, karena yang ditonjlkan adalah keadilan Versus kedzoliman, yang di tampakkan di permukaan adalam pembelaan terhadap orang-orang lemah, sehingga telah menjadikan tokoh Intelektual kita terkagum-kagum dan memuja Iran dan pemimpinya Khumaini seperti halnya Amin Rais, Dawam Raharjo, Andurrohman Wahid, Nur Kholis Madjid Dan lain-lain.
Pada 1 September 1997, diselenggarakan sebuah seminar nasional di Jakarta, yang dihadiri pejabat pemerintah, ABRI, MUI, pimpinan ormas Islam, dan masyarakat umum. Melalui seminar itu, keluarlah sebuah keputusan penting menyangkut Syi'ah, antara lain; Syi'ah malakukan penyimpangan dan perusakan Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah. Seminar itu mengusulkan agar pemerintah RI lewat Kejaksaan Agung melarang Syi'ah, termasuk penyebaran buku-buku Syi'ah di Indonesia.
Namun dalam perkembangannya, justru kecenderungan untuk mempelajari Syi'ah makin meningkat. Buku-buku tentang Syi'ah pun dengan gampang bisa diperoleh di toko-toko buku .
Bahkan, perguruan tinggi Islam (negeri) dan Muhammadiyah justru menerima dengan welcome terhadap referensi dari Iran, bahkan Iran telah memiliki 12 Iranian Corner di perguruan-perguruan tinggi Islam (negeri) dan Muhammadiyah di Indonesia. Perpustakaan-perpustakan Iran di perguruan tinggi Islam di Indonesia yang berjumlah 12 temnpat itu alhamdulillah telah dimusnahkan oleh Allah Ta’ala yang satu Iranian Corner yaitu di UMJ (Universitas Muhammadiyah Jakarta) ketika terkena musibah jebolnya tanggul Situ Gintung di Cierendeu Tangerang Banten, Jum’at shubuh, 1 Rabi’ul Akhir 1430H/ 27 Maret 2009.
Rector UMJ tampak meratapi karena kerugiannya mencapai 9-10 miliar rupiah, di antaranya Iranian Corner itu. Kalau memang dia sayang-sayang terhadap Islam Sunni, maka barangkali mau mengingat Allah, mengakui bahwa jelas di antara upayanya itu adalah menyuntikkan kesesatan dan penyesatan. Sehingga kalau mau sadar, maka rector UMJ maupun Muhammadiyah justru perlu memikir ulang, menimbang-nimbang lagi, apakah tidak besar madharatnya dengan menerima Iranian Corner di berbagai Universitas Muhammadiyah itu. Namun kalau cara berfikirnya model mantan rector UMS Malang, Malik Fajar, apalagi hanya buku-buku dari Iran, sedang buku-buku dari Israel pun dia terima sejak kira-kira tahun 1995-an. Hal itu dikemukakan oleh seorang petugas ketika Menteri Agama yang lalu, dr Tarmidzi Taher, datang ke kampus Universias Muhammadiyah Malang.
Di antara perguruan Tinggi Islam yang memiliki Iranian Corner, menurut Majalah Hidayatullah April 2009 adalah: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta (alhamdulillah Iranian Corner di UMJ ini telah musnah terkena banjir Situ Gintung, red) Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Menurut hasil hitungan Rausyan Fikr, hingga Februari 2001 saja, tidak kurang 373 judul buku mengenai Syi'ah telah diterbitkan oleh 59 penerbit yang ada di Indonesia. (Majalah Hidayatullah, Rabi’ul Tsani 1430H/ April 2009, halaman 29).
Menurut pusat data lembaga penelitian Syi'ah di Yogyakarta, Rausyan Fikr, seperti disampaikan dalam makalah yang ditulis oleh Pengurus wilayah Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Yogyakarta, AM Safwan, pada tahun 2001, terdapat 36 yayasan Syi'ah di Indonesia dengan 43 kelompok pengajian. Sebanyak 21 yayasan/ kelompok pengajian di tingkat provinsi, dan 33 yayasan/kelompok pengajian di tingkat kabupaten. Kota

TOKOH SYI'AH INDONESIA
Usaha tokoh-tokoh syiah untuk mengembangkan ajarannya kelihatanya sudah mulai berhasil, mereka sudah bisa menjerat tokoh-tokoh kita dengan propagada mereka.
Memang tidak sedikit dana yang mereka keluarkan untuk menggarap Indonesia, berpuluh-puluh milyar mereka keluarkan untuk menggandeng tokoh-tokoh kita, ada yang di datangi juga ada yang di undang ke Iran dan mereka ajak keliling-keliling untukmelihat bagaimana keberhasilan revolusi meraka. Sehingga banyak dari tokoh kita yang terang-terangan membela Syi'ah, atau sekedar memberi wacana adanya pendekatan antara sunni dan Syiah.
Sebenarnya himbauan-himbauan untuk persatuan dan pendekatan antara Sunni dengan Syi'ah yang sering di ucapkan oleh tokoh-tokoh Syi'ah atau tokoh-tokoh kita yang telah termakan oleh propaganda Syi'ah, sebagaimana yang sering kita dengar, adalah merupakan lagu lama yang selalu mereka dengungkan dan merupakan akal bulus yang mereka jalankan di negara-negara yang mayoritas penduduknya Ahlussunnah. Sebagai contoh, di Mesir pada tahun 1947, ulama Syi'ah dengan dalih Ukhuwah Islamiyah mengajak dan meminta kepada Ulama Ahlussunnah untuk mengadakan pendekatan-pendekatan antara Sunni dan Syi'ah.
Pada waktu itu ulama-ulama Ahlussunnah yang penuh dengan sangka baik (Husnuddhon) menerima ajakan tersebut, sehingga terbentuklah satu wadah dengan nama "Daruttaqrib".
Tapi anehnya mereka ulama-ulama Syi'ah hanya menghendaki Daruttaqrib di Mesir yang mayoritas penduduknya Sunni saja. Sedang di Iran yang mayoritas penduduknya Syi'ah mereka menolak dan keberatan diadakannya pendekatan-pendekatan antara Syi'ah dengan Sunni.
Hasil utama dari adanya Daruttaqrib di Mesir tersebut, adalah kerugian yang sangat besar bagi Ahlussunnah, dimana aliran Syi'ah sempat dipasarkan (dipropagandakan) di al-Azhar .
Dapat kita simpulkan, bahwa tokoh-tokoh yang ada di Indonesia ini ada kalanya:
1. Tokoh yang terang-terangan mengaku Syi'ah, dan umumnya ini adalah para alumni Qom Iran yang kembali ke Indonesia.
2. Tokoh yang tidak mau dikatakan Syi'ah tapi pendapatnya sama dengan Syi'ah (berani menghina Shahabat, menghalalkam Nikah Mut'ah Dll) dan membenarkan ajarannya. Dan biasanya tokoh ini adalah penganut faham pluralis yang mengatakan semua aliran adalah sama.
3. Tokoh yang hanya ingin mendekatkan antara Syi'ah dengan Sunni karena unsur Ukhuwah atau yang lainnya.

Prof. DR. KH. Umar Shihab; lahir di Rapparang, Sulsel, pada 2 Juli 1939. Beliau menamatkan S1 di IAIN Alaudin Makassar (1966), S2 di Universitas Al-Azhar Kairo (1968), dan S3 Universitas Hasanuddin dalam Studi Hukum Islam (1988). Banyak jabatan organisasi yang dilakoninya, antara lain: Ketua PII (Pelajar Islam Indonesia) Sulsel, HMI Cabang Makassar, Dewan Mahasiswa UMI Makassar, Dewan Mahasiswa IAIN Alauddin. Selain itu, dia juga banyak mengemban jabatan akademik, antara lain: Wakil dekan IAIN, Dekan di UMI, anggota DPRD Propinsi Sulsel, anggota MPR-RI, Ketua MUI Sulsel, dan kini Ketua MUI Pusat. Karya ilmiah yang dipublikasikan, antara lain: “Al-Quran dan Rekayasa Sosial”, “Transformasi Pemikiran dalam Hukum Islam”, “Elastisitas Hukum Islam, “Kontekstualitas Al-Quran”, dan lain-lain. (sumber:http://ressay.wordpress.com)
Dia terang-terang membela Syi'ah, walaupun dia tidak mau dikatakan Syiah, di bawah ini sedikit cuplikan wawancaranya saat bertemu dengan para pelajar Indonesia di Qom (selasa, 13-Okt-2009).
" Orang yang menganggap Syiah sebagai mazhab sempalan tidak bisa disebut sebagai ulama. Syiah dan Ahlusunnah tidak boleh saling menyalahkan. Masing-masing ulama kedua mazhab tersebut memiliki dalil. Syiah dan Ahlusunnah mempunyai Tuhan, Nabi, dan Al Qur’an yang sama. Orang yang mengklaim bahwa Syiah punya Al Qur’an yang berbeda itu hanya fitnah dan kebohongan semata. Saudara Prof. Muhammad Ghalib (Guru Besar tafsir dan Sekertaris MUI Makasar yang ikut bersama beliau ke Iran) akan membawa Al Qur’an cetakan Iran yang konon katanya berbeda itu ke tanah air"
Juga dalam sebuah wawancara majalah Syiar, dan dibawah ini kutipanya:
Syiar: Bagaimanakah MUI menilai ajaran Syiah?
Umar Shihab: MUI tidak penah berbicara tentang mazhab. Bagi kami di MUI, masalah khilafiyah itu adalah suatu rahmat. Kita tidak mau kembali lagi ke masa lalu di mana perkelahian dan pembunuhan mudah terjadi hanya karena perbedaan mazhab.
Masalah mazhab tidak bisa di selesaikan. Biarlah Allah SWT yang mengadilinya. MUI tidak menganggap bahwa salah satu mazhab itu benar. Kita berdiri di semua pendapat bahwa semua mazhab itu benar. Begitu juga terhadap mazhab lain, mazhab Syiah misalnya. MUI berprinsip, bahwa kalau dunia Islam sudah mengakui Syiah sebagai mazhab yang benar, lalu kenapa MUI harus menolak?
Perkataan diatas sangat tidak mencerminkan perkataan orang yang berilmu atau bahkan ulama', tapi malah perkatan orang bodoh yang tidak tahu tentang arti Ahli sunnah wal jama'ah.
Dalam perkataan tersebut, dia mengatakan tidak ada bedanya antara Ahli sunnah dan Syi'ah. Dan itu sangatlah keliru, kalau kita liha fakta dan bukti-bukti yang otentik maka kita akan menemukan banyak hal yang bersebrangan, baik dalam segi ushul (aqidah) atau furu' (hukum fiqh). Dan kebanyakan dari ideologi mereka berlandaskan akal yang mereka adopsi dari ediologi kaum mu'tazilah . Termasuknya adalah pengingkaran mereka terhadap adanya Qodar, yang pendapat itu muncul sekitar abad keempat hijriyah, tepatnya pada saat teoligis Syi'ah bergesekan dengan pemikiran mu'tazilah.
Dalam masalah ushul kita menemukan beberapa perbedaan yang penyebabnya dalah kebohongan mereka terhadap ahli bait, sebagian keyakinan mereka di ambil dari cerita-cerita dan pendapat-pendapat mereka pribadai, karena akidah ahli bait sama dengan akidah kita ahli sunnah, ahlu bait tidak ada yang mengingkari qodar, menganggap Imam 12 ma'shum (terjaga dari dosa dll.
Termasuknya adalah keyakinan mereka tentang Ishah terhadap imim mereka. Dan kita Ahli sunnah tidak meyakiniIshmah kecuali pada nabi, walau pun kita tetap meyakini keutamaan ahlu bait.
Prof. Dr. KH. Umar Shihab seperti pengikut syiah biasanya mengatakan: " Coba buktikan mana al-Quran Syi'ah? Ini al-Quran Syiah di cetak di iran sama saja dengan al-Quran yang ada disini". Perlu dijelaskan, menurut aqidah Syi'ah, bahwa al-Quran yang sempurna adalah al-Quran yang dihimpun oleh Imam Aly  dan masih disimpan oleh Imam Mahdi. Adapun al-Quran yang ada sekarang menurut aqidah Syi'ah adalah kurang. Sedang menurut kita ahli sunnah meyakini sudah sempurna.
Jadi jika kita ingin mencari al-Quran Syi'ah yang berbentuk kitab secara utuh, sampai kapan pun tidak akan ada.
Oleh sebab ini lah, mereka menulis dalam kitab-kitab mereka, antara lain al-Kahfi, beberapa ayat al-Quran yang mereka yakini keasliannya .
Dia juga mengatakan adanya pebedaan syi'ah dan kita ahlu sunnah merupakan rahmat, pendapat seperti itu adalah pendapat yang sangat keliru dan bodoh. Karena apa? Dalam konteks hukum Islam, sebuah perbedaan yang mesih ditolelir dan sebagai rahmat adalah perbedaan yang sifatnya hanya hanya sebatas furuiyah saja.
Imam al-Khathabi perpendapat: dalam Ikhtiful Ummat terdapat tiga bagian; pertama: perbedaan tengang kebaradaan Allah dan keEsaanya, maka yang mengingkari hal ini adalah kafir. Kedua: berbedaan yang terjadi pada sifat-sifat Allah, dan yang menginkari hal ini adalah bed'ah, dan yang ketiga: perbedaan yang terjadi pada masalah furu'iyah (hukum fiqh) dan yang ini lah Allah menjadikanya sebagai rahmat bagi ummat dan kemulyaan bagi ulama.

Prof. Dr. Quraish Shihab; Mantan rector IAIN Jakarta dan Menteri Agama zaman Soeharto selama 70 hari, pengarang tafsir Misbah, telah menulis sebuah buku yang mengupas Syi'ah dengan judul "Sunnah-Syi'ah bergandengan Tangan! Munkinkah? Kajian Atas Konsep Ajaran Dan Pemikiran". Dalam bukunya itu, ia mencoba mendekatkan antara Sunni dan Syi'ah dengan terkadang sampai menutup-nutupi kesalahan syi'ah, tapi sayang, profesor kita ini tidak menggunakan rujukan kitab-kitab yang digunakan rujukan syi'ah malah menggunakan rujukan kitab yang di tolak oleh kalangan syi'ah dan tidak dijadikan sandaran, yang menjadikan buku ini tidak ada nilai Ilmiyahnya sama sekali. Dan Alhamdulillah, buku ini telah di kupas habis oleh para santri Pondok Pesantren Sidogiri (PPS).
Berikut ini kita kutip sebagian kritik dari Pesantren Sidogiri terhadap Quraish Shihab:
1. Tentang Abdullah bin Saba’.
QS: ”Rasanya tidak logis, seorang Yahudi dapat mempengaruhi Shahabt-shahabat Nabi . Tak dapat dibayangkan, bahwa tokoh semacam Sayyidina Aly bin Aby Tholib, Thalhan bin Az Zubair  -yang pengetahuan, keikhlasan dan kedekatan mereka kepada Nabi  sudah umum diketahui- dapat dikelabuhi oleh seoranh Yahudi, sehingga upaya berdamai mereka gagal. Karena itu, banyak pakar, baik Sunnah, lebih-lebih Syi'ah yang menolak bukan saja peranan Abdullah bin Saba' yang demikian besar, tetapi wujud pribadinya dalam kenyataan pun mereka sangsikan. Tidak sedikit pakar menilai bahwa pribadi Abdullah bin Saba' sama sekakali tidak pernah ada. Ia adalah tokoh fiktif yang diciptakan para anti-Syiah. Ia (Abdullah bin Saba’) adalah sosok yang tidak pernah wujud dalam kenyataan. Thaha Husain – ilmuwan kenamaan Mesir – adalah salah seorang yang menegaskan ketiadaan Ibnu Saba’ itu dan bahwa ia adalah hasil rekayasa musuh-musuh Syiah.” (hal. 65).
PPS: Tidak sedikit para pemuka Syiah yang diakui memiliki kapabilitas dan dinilai tsiqah perawiyannya, mengakui akan kebaradaan sosok yang disebut sebagai Abdullah bin Saba’.
Sa’ad al-Qummi, seorang tokoh dan pakar fiqih Syiah abad ketiga,tidak memungkiri keberadaan Abdullah bin Saba'. Tokoh yang yang dikenal Tsiqah dan memiliki wawasan luas dikalangan Syi'ah ini, malah menyebutkan dengan rinci para pengikut Abdullah bin Saba’, yang dikenal dengan sekte Saba’iyah. Dalam karyanya, al-Maqalat wa al-Firaq, (hal. 20).

2. Tentang hadits Nabi  dan Abu Hurairah r.a.:
QS: ”Karena itu, harus diakui bahwa semakin banyak riwayat yang disampaikan seseorang, semakin besar potensi kesalahannya dan karena itu pula kehati-hatian menerima riwayat-riwayat dari Abu Hurairah merupakan satu keharusan. Disamping itu semua, harus diakui juga bahwa tingkat kecerdasan dan kemampuan ilmiah, demikian juga pengenalan Abu Hurairah r.a. menyangkut Nabi saw berada di bawah kemampuan sahabat-sahabat besar Nabi saw, atau istri Nabi, Aisyah r.a.” (hal. 160).
QS: “Ulama-ulama Syiah juga berkecil hati karena sementara pakar hadits Ahlusunnah tidak meriwayatkan dari imam-imam mereka. Imam Bukhari, misalnya, tidak meriwayatkan satu hadits pun dari Ja’far ash-Shadiq, Imam ke-6 Syiah Imamiyah, padahal hadits-haditsnya cukup banyak diriwayatkan oleh kelompok Syiah.” (hal. 150).
PPS: “Sejatinya, melancarkan suara-suara miring terhadap sahabat pemuka hadits sekaliber Abu Hurairah , dengan menggunakan pendekatan apa pun, tidak akan pernah bisa meruntuhkan reputasi dan kebesaran beliau, sebab sudah pasti akan bertentangan dengan dalil-dalil hadits, pengakuan para pemuka sahabat dan pemuka ulama serta realitas sejarah.
Jawaban untuk secuil sentilan terhadap Abu Hurairah . sebetulnya telah dilakukan oleh para ulama secara ilmiah dan rasional. Banyak buku-buku yang ditulis oleh para ulama khusus untuk membantah tudingan miring terhadap sahabat senior Nabi saw tersebut, diantaranya adalah al-Burhan fi Tabri’at Abi Hurairah min al-Buhtan yang ditulis oleh Abdullah bin Abdul Aziz bin Ali an-Nash, Dr. Al-A’zhami dalam Abu Hurairah fi Dhau’i Marwiyatih, Muhammad Abu Shuhbah dalam Abu Hurairah fi al-Mizan, Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib dengan bukunya Abu Hurairah Riwayat al-Islam dan lain-lain.”
Pernyataan seperti yang dilontarkan oleh Dr. Quraish Shihab tersebut sebetulnya hanya muncul dari asumsi-asumsi tanpa dasar dan tidak memiliki landasan ilmiah sama sekali. Sebab jelas sekali jika beliau telah mengabaikan dalil-dalil tentang keutamaan Abu Hurairah dalam hadits-hadits Nabi saw, data-data sejarah dan penelitian sekaligus penilaian ulama yang mumpuni di bidangnya (hadits dan sejarah). Kekurang cakapan Dr. Quraish Shihab di bidang hadits semakin tampak, ketika beliau justru menjadikan buku Mahmud Abu Rayyah, Adhwa’ ‘ala Sunnah Muhammadiyah, sebagai rujukan dalam upaya menurunkan reputasi Abu Hurairah r.a. Padahal, semua pakar hadits kontemporer paham betul akan status dan pemikiran Abu Rayyah dalam hadits.” (hal. 322-323).
Mengenai hitungan matematis Muhammad Tijani, yang mengatakan bahwa Hadits yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah  terlalu banyak, sehingga terkesan absurd, sebenarnya muncul dari kurang teletian tijani dan mereka yang menyampaikanya. Dalam Abu Huraira fi Dhui Marwiyatih, Dr. al-A’zhami melakukan penelitian tentang hal ini, dan menemukan temua bahwa jumlah hadits riwayat Abu Hurairah yang mencapai 5.000 lebih itu jika menghitung hadits yang diulang-ulang substansinya. Jika penghitungan dilakukan dengan mengabaikan hadits-hadits yang diulang-ulangi, maka hadits-hadits Abu Hurairah yang ada dalam Musnad dan Kutub as-Sittah tinggal 1336 saja. “Nah, kadar ini, kata Ali as-Salus, bisa dihafal oleh pelajar yang tidak terlalu cerdas dalam waktu kurang dari satu tahun. Bagaimana dengan Abu Hurairah, yang merupakan bagian dari mu’jizat kenabian?” (hal. 324).
Sementara asumsi dari Murtadho al 'Asykary yang dikutip oleh Dr. Quraish Shihab (ulama-ulama Syi'ah juga berkecil hati karena karena sementara pakar hadits Ahlusunnah tidak meriwayatkan dari imam-imam mereka ), seperti asumsi-asumsinya yang lain, sebenarnya munjul dari perasangka belaka, tanpa didasari penelitian Ilmiyah apa pun. Seperti dinyatakan sebelumnya, bahwa tidak munkin lagi ulama Ahlussunnah mengambil hadits-hadits Syi'ah. Namun demikian, ulama Ahlussunnah juga meriwayatkan dari para Imam Syi'ah dan Ahlul Bait, di mana haditsnya terbukti tidak terkontaminasi oleh Syi'ah dan bukan hadits yangdibuat-buat oleh Syi'ah. (hal;325)

3. Tentang pengkafiran Ahlusunnah:
QS: “Apa yang dikemukakan di atas sejalan dengan kenyataan yang terlihat, antara lain di Makkah dan Madinah, di mana sekian banyak penganut aliran Syiah Imamiyah yang shalat mengikuti shalat wajib yang dipimpin oleh Imam yang menganut mazhab Sunni yang tentunya tidak mempercayai imamah versi Syiah itu. Seandainya mereka menilai orang-orang yang memimpin shalat itu kafir, maka tentu saja shalat mereka tidak sah dan tidak juga wajar imam itu mereka ikuti.” (hal. 120).
PPS: “Memperhatikan tulisan Dr. Quraish Shihab di atas, seakan-akan Syiah yang sesungguhnya memang seperti apa yang digambarkannya (tidak menganggap Ahlusunnah kafir dan najis). Akan tetapi siapa mengira bahwa faktanya tidak seperti penggambaran Dr. Quraish Shihab? Jika kita merujuk langsung pada fatwa-fatwa ulama Syiah, maka akan tampak bahwa sebetulnya Dr. Quraish Shihab hendak mengelabui pemahaman umat Islam akan hakikat Syiah. Bahwa sejatinya, Syiah tetap Syiah.
Bahwa sejatinya, Syi'ah tetaplah Syi'ah. Apa yang mereka yakini hari ini tidak berbeda dengan keyakinan para pendahulu mereka. Dalam banyak literatur Syiah dikemukakan, bahwa orang-orang Syiah yang shalat di belakang (menjadi makmum) imam Sunni tetap dihukumi batal, kecuali dengan menerapkan konsep taqiyyah.
Suatu ketika, tokoh Syiah terkemuka, Muhammad al-Uzhma Husain Fadhlullah, dalam al-Masa’il Fiqhiyyah, ditanya: “Bolehkah kami (Syiah) shalat bermakmum kepada imam yang berbeda mazhab dengan kami, dengan memperhatikan perbedaa-perbedaan di sebagian hukum antar shalat kita dan shalat mereka?” Muhammad Husain Fadhlullah menjawab: “Boleh, asalkan dengan menggunakan taqiyyah.” (348-349).
Seorang dai Syiah, Muhammad Tijani, mengungkapkan, bahwa “Mereka (orang-orang Syiah) seringkali shalat bersama Ahlusunnah wal Jama’ah dengan menggunakan taqiyyah dan bergegas menyelesaikan shalatnya. Dan barangkali kebanyakan mereka mengulangi shalatnya ketika pulang.” (hal. 350-351).
Sebenarnya upaya Taqrib (pendekatan) seperti ini juga pernah ia ungkapkan dengan plesetan "perbedaan Sunni-Syi'ah hanya dalam tingkat kekaguman kepada Ahlul Bait" sebagaimana di kutib Kompas (13/05/2007).
Sebenarnya sudah ratusan tahun yang lalu usaha pendekatan sunni-Syi'ah oleh orang-orang syiah atau orang-orang sunni yang memang telah termakan oleh propaganda mereka, namun tidak menemukan hasil, karena apa? Karena antara sunni dan Syi'ah tidak ditemukan celah sedikitpun untuk disatukan. Perbedaan Sunni dan Syiah bukan hanya dalam konsep furu' (insidental) tapi juga pada konsep ushul (prinsipal) sehingga seangat tidak munkin menyatukannya.

Dr. Jalaluddin Rakhmat; pria kelahiran Bojong Salam Rancaekek, Bandung, pada 29 Agustus 1949. pada tahun 1983-1985 ia aktif memberikan kajian rutin atas buku-buku karya para tokoh Ikhwanul Muslimin Mesir seperti Hasan al-Bana, Said Hawa, Syayid Qutb kepada para mahasiswa di Mesjid Salman ITB, Bandung, sebelum ia akhirnya mulai melirik kitab-kitab dan pemikiran para tokoh Syiah. Jalal sendiri mengenal dunia tasawuf dan tertarik dengan tasawuf, ketika bersama-sama Haidar Bagir dan Endang Saefuddin Anshory diundang pada sebuah konferensi di Kolombia pada 1984. Dari konferensi itu ia bertemu dengan ulama-ulama asal Iran dan ia merasa kagum pada mereka. Ia pun mendapat hadiah banyak buku dari ulama Iran tersebut, yang banyak membahas masalah ‘irfân (tasawuf).
Pasca kepulangan dari konferensi tersebut, ia banyak tertarik dengan dunia tasawuf termasuk pemikiran ulama-ulama Syiah Iran seperti Imam Khomeini, Murtadha Muthahari, dan lain-lain.
Kemudian ie pergi ke kota Qum, Iran, untuk belajar Irfan dan filsafat Islam dari para Mullah tradisional, lalu ke Australia untuk mengambil studi tentang perubahan politik dan hubungan internasional dari para akademisi moderen di ANU. Dari ANU inilah ia meraih gelar Doktornya.
Ia menjadi Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) yang kini sudah mempunyai hampir 100 Pengurus Daerah (tingkat kota) di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota sekitar 2,5 juta orang. Ia juga menjadi pendiri Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta bersama Dr. Haidar Bagir dan Umar Shahab,MA.
Ia termasuk orang yang produktif, di antara buku-bukunya adalah: Khalifah Ali ibn Abi Thalib,Rintihan Suci Ahl-bait, Tafsir bi Al-Ma’sur, Zainab al-Qubra, Keluarga Muslim dalam masyarakat Moderen, Komunikasi Antar Budaya; Memaknai Kematian (2006) Psikologi Agama (2003) dll.
Dia termasuk orang yang bisa dibilang plin-plan, kenapa? Karena dalam benyak kesempatan ia sengat membela ajaran Syi'ah dan memujinya namun ketika terpojok, dia mengaku kalau bukan syi'ah.
Dibawah ini beberapa kesesatannya:
Dalam sebuah bukukaryanya, Jalal menyebut Sahabat Amr bin Ash Radhiyallahu Anhu sebagai anak haram yang tidak diketahui bapaknya secara pasti dan dia sangat banyak dilaknat oleh Nabi . Siapa yang dilaknat oleh Nabi  berarti dilaknat oleh Allah.
Ternyata kitab rujukan Jalal adalah kitab golongan Syiah yang memang sangat membenci Sahabat Nabi  dan sangat banyak memalsukan keterangan-keterangan dengan dalil-dalil yang lemah yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, sehingga Imam Syafii mengatakan bahwa golongan yang paling berani dan paling banyak membuat kepalsuan dan dusta ialah golongan Syiah.
Padahal Nabi  memuji Amr bin Ash dengan sabdanya:
أسلم الناس وآمن عمرو بن العاصي
Manusia sekedar masuk Islam, tapi Amr Bin Ash masuk Islam dengan iman (HR. Tirmidzi).
Juga Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
»ابنا العاص مؤمنان : هشام ، وعمرو«
Kedua anak al Ash) adalah orang beriman, yaitu Hisyam dan Amr (HR. Hakim).
Dua hadits di atas sebagai bukti kedudukan Shahabat Amr bi Ash.
Dalam buku kecil yang memuat ceramah Asyura, JR mengatakan bahwa Fatimah  telah mengutuk Abubakar  karena tidak memberikan kepadanya harta peninggalan Rasulullah . Hal tersebut dibenarkan oleh JR berdasarkan hadits bahwa Fathimah itu adalah bahagian Rasulullah . Apa yang menjadikan Fathimah murka berarti Rasulullah  juga akan murka dan melaknatnya dan apa yang dilaknat oleh Rasul berari dilaknat oleh Allah.

makalahnya dengan judul “Mengapa Kami Memilih Mazhab Ahlulbait as

Ir. Haidar Bagir; Presiden direktur dan pendiri Mizan Bandung, mempunyai sekolah Lazuardi dan Yayasan Muslim Indonesia Bersatu. Tercatat telah menerbitkan lebih dari 50 buku tentang syi'ah, termasuknya adalah buku "Dialog Sunni-Syi'ah", yang ternyata buku itu adalah fiktif, seperti yang ditegaskan oleh Dr. Ali As-Salus dalam "Imamah dan Khilafah".

O. Hashem; penulis produktif yang meninggal akhir Januari 2009. buku-buku yang ia tulis; rohani jasmani dan kesehatan (1957), keEsaan tuhan (1962). Marxisme dan agama (1963), menahlukkan dunia Islam (1965), Syaqifah (1987) Syi'ah ditolak Syi'ah dicari (2000), Darah dan Airmata (2001) Muhammad sang Nabi (2005) dan terakhhir "Benarkah A'isyah menikah diusia dini.
Ia juga menulis buku yang berjudul "Jawaban Lengkap Atas Seminar Sehari Tentang Syi'ah" Buku berisi jawaban lengkap atas Seminar Nasional Sehari Tentang Syi'ah yang telah diadakan di Masjid Istiqlal pada tanggal 21 September 1997.
Makalah yang dibacakan, diantaranya berasal dari:
• KH. Moh. Dawam Anwar (Khatib Syuriah NU)
• KH. Irfan Zidny, MA (Ketua Lajnah Falakiyah Syuriah NU)
• KH. Thohir Al-Kaff (Yayasan Al-Bayyinat)
• Drs. Nabhan Husein (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia)
• KH. A. Latif Mukhtar, MA (Ketua PERSIS)
• Dr. Hidayat Nur Wahid (Ketua Yayasan Al-Haramain)
• Syu'bah Asa (Wakil Pimpinan Redaksi Panji Masyarakat)
Dia dengan bahasa yang kasar menolak semua rumusan yang dihasilkan, dan terang-terangan mebela kaum Syi'ah dan mengatakan kalau ajaranya sangat benar, tapi dala makalah tersebut dia tidak berlandaskan alasan riil dan ilmiyah, maka tidak perlu untuk kita kritisi.
Karena sudah sangat jelas sekali penadapat para Ulama tentang kesesatan Syi'ah. Al-Qodli 'Iyadl al-Maliki ketika berbicara tentang Syiah mengatakan: "kami tegas mengkafirkan setiap orang yang melontarkan perkataan sampai memberikan penilaian bahwa umat berada dalam kesesatan dan para shahabat berada dalam kekafiran" tidak lama kemudian beliau juga berkata: "begitu juga orang yang mengingkari al-Quran atau satu huruf darinya, merubah sesuatu darinya dan memasukkan tambahan kedalamnya". Kemudian masih dalam rangkaian diatas, beliau mengatakan: "dan begitu pula kami dengan tegas mengkafirkan kelompok ekstrim dari golongan ar-Rafidloh atas pendapat mereka bahwa para Imam lebih utama dari para nabi".

Dr. Nurcholis Madjid; alumni Cicago Amerika, pernah menyarankan para remaja YISC (youth Islamc Studi Club) al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta untuk belajar Syi'ah, menjadikan 40 Hadits Khumaini sebagai buku pegangan dalam Yayasan Paramadina yang ia pimpin. Padahal menurut Syu'ban Asa Wakil pemimpin redaksi Majalah Panji Masyarakat bahwa buku itu tidak ada Haditsnya, ada satu dari A'isyah saja justru mencela A'isyah.

Dr. Sa'id Aqil Siroj; Wakil Katib Syuriyah PBNU yang mau mencalonkan diri menjadi ketua PBNU pada muktamar pada januari tahun 2010 ini pernah menulis sebuah makalah yang berjudul "Latar Kultur dan Politik Kelahiran ASWAJA". Tulisan ini pernah menghebohkan kalangan umat Islam terutama NU, betapa tidak, pada tulisan ini dia berani dengan lancang mengkafirkan para Shahabat, seperti dalam tulisannya dibawah ini:
"sejarah mencatat, begitu tersiar berita Rosulullah wafat dan digantikan Abu bakar, hampir semua penduduk Jazirzh Arab menyatakan keluar dari Islam. Seluruh suku-suku di tanah Arab membelot seketika itu juga. Hanya Madinah, Makkah dan Thaif yang tidak menyatakan pembelotannya. Ini pun, kalau dikaji secara seksama, bukan karena agama, bukan dilandasi keimanan, tapi karena kabilah. Pikiran yang mendasari sikap orang Makkah untuk tetap memeluk Islam adalah logika bahwa kemenangan Islam adalah kemenangan Muhammad; sedang Muhammad dalah Quraisy, penduduk asli kota Makkah; dengan demikian, kemenangan Islam adalah kemanangan suku Qurisy; kalau begitu tidak perlu murtad. Artinya, tidak murtadnya Makkah itu bukan karena agama, tapi karena slogan yang digunakan Abu bakar di Bani Tsaqifah; al-aimmatu min quraisyin, bahwa pemimpin itu berasal dari Quraisy. Dan itu sangat ampuh bagi orang Quraisy. ("Latar Kultur dan Politik Kelahiran ASWAJA, hlm 3-4)
Tulisan di atas sama persis dengan pendapat Orang-orang Syi'ah yang mengatakan bahwa para Shahabat Nabi  setelah wafatnya Nabi  seluruhnya selain Imam Aly sudah murtad kecuali Maqdad, Abu Dzar dan Salman al-Farisi (lihat al-Kafi 8; 245). Padahal kalau kita amati, pendapat ini jelas tidak sesuai dengan sejarah ataupun kenyataan historis. Setiap pemimpin negara saja(bukan Rosul), masing-masing mempunyai pengikut setia. Sedang menurut Syi'ah, Nabi Muhammad  tidak mempunyai pengikut setia. Seluruhnya murtad kecuali tinggal beberapa orang saja. Logiskah ini?
Pendapat di atas adalah sebuah kedustaan dan memutar balikkan fakta. Karena masalah pembelotan yang terjadi pada waktu itu bukan karena fanatik kabilah tapi karena mereka enggan mengelurarkan zakat. Dan itu dilakuakn oleh orang-orang baduwi yang memang hatinya keras bagaikan batu, sehingga begitu Nabi  wafat banyak yang murtad.
Anggapan banyak shahabat yang murtad adalah kebohongan belaka, apa ;agi sampai menilai ketidak murtadan penduduk Makkah,Madinah dan Thaif sebab fanatisme kabilah.
Dan pendapat di atas jelas sekali sangat bertentangan dengan ayat al-Quran:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (29(
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.(Q.S. al-Fath; 29)

Dalam ayat ini Allah telah memuji Nabi Muhammad  dan orang-orang yang bersama beliau. Siapa mereka? Tidak lain adalah keluarganya, istri-istrinya dan para shahabatnya. Tidak munkin Allah akan memuji seseorang yang Allah tahu mereka akan menjadi murtad atau membelot.
Allah juga telah berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (100) [التوبة/100{
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.(Q.S: at-Taubah; 100)
Dalam Ayat ini jelas kalau Allah telah meridhoi meraka, dan jika Allah telah meridhi maka tidak akan merah kepada mereka untuk selamanya. Dan cuku baginya sebuah ungkapan dari Imam malik "barang siapa dihatinya ada sedikit kebencian terhadap salah satu shahabat nabi maka tergolong dalam ayat لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ.
Ia juga pernah mengatakan saat menjadi pembicara dalam acara Do'a Kumail (acara khas syi'ah) digedung Darul Aitam Tanah Abang, Jakarta.seperti dikutip Panji Masyarakat No. 29 tahun 1-3 November 1997,
"Menghadapi serangan terhadap Syi'ah, tak perlu ulama syi'ah turun tangan, cukup saya dan Gus Dur dari NU, Nurcholish Madjid, Emha Ainun Nadjib, Pak Amien Rais dari Muhammadiyah, yang melakukan pembelaan"
Termasuk pemikirang nylenehnya sebagaimna tertuang dalam buku "Tasawwuf sebagai Kritik Sosial", bahwa kehadiran Islam sarat dengan nuansa politis dan Imam Syafi’i dianggap simpatisan Syi’ah. Ia pun telah melakukan pembelaan terhadap Ahmadiyah.
Banyaknya tulisan yang mengulas soal kaum syiah, menurut Said, sebatas sumbang pikiran dari segi konteks sejarah. Dalam praktek keseharian, ia menyatakan, dirinya tidak mempercayai ajaran syiah.
Ia menjelaskan, karya tersebut ditulis pada saat dirinya baru pulang dari Timur Tengah. “Saya janji insya Allah akan mengedit lagi tulisan-tulisan itu,” kata Said Aqil, dikutip situs resmi PBNU, www.nu.or.id dalam forum “Tabayyun dan Dialog Terbuka dengan Forum Kyai Muda Jatim” di Ponpes Bumi Shalawat Desa Tulangan, Sidoarjo, Selasa (20/10)
Tapi ternyata banyak tulisanya yang muncul saat ia sudah di Indonesia bahkan sudah menjadi ketua I PBNU, dan buktinya, sampai sekarang pun tidak ada tindakan konkrit darinya untuk membuktikan pernyataanya tadi, dan bukunya sampai sekarang masih bisa di konsumsi oleh semua kalangan. Munkin saja pernyataanya tadi hanya untuk menarik simpati dari para kiai dalam rangka pencalonannya sebagai ketua PBNU pada muktamar mendatang.


TOKOH-TOKOH SYI'AH LULUSAN IRAN
Ahmad Baraqbah; mendirikan Pesantren al-Hadi di Pekalongan (sudah hangus dibakar massa),
Husein al-Kaff; yang mendirikan Yayasan Al-Jawwad di Bandung,
Agus Abu Bakar al-Habsyi;
Hasan Daliel al-Idrus.;
DR. Abdurrahman Bima, Alumni dari Hawzah Ilmiah Qom, judul desertasi “Pengaruh ilsafat dalam Konsep Politik Khomeni”.
DR. Khalid Al-Walid, Alumnus dari Hawzah Ilmiah Qom, judul desertasi “Pandangan Eskatologi Mulla Shadra”
Muhsin Labib, Alumnus Hauzah Ilmiah Qom, Republik Islam Iran. Kandidat Doktor Filsafat Islam di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ali Ridho Al-Habsy; cucu dari Habib Ali Kwitang, tahun 1974.

DAMPAK TERHADAP KITA
Dengan bangkitnya revolusi Syi'ah Iran yang dipelopori oleh Khomeini, Islam dalam bahaya besar, dan kehancuran diambang pintu. Karena gantinya, ditebarkan aliran-aliran sesat "berhalaisme" atau "jahiliyyah modern". Syi'ah dengan bekerja sama dan dibantu oleh Yahudi, Nasrani, kebatinan, kafir zindiq dan kaum atheis, bertujuan hendak meruntuhkan Islam. Kalau umat Islam tidak bangkit, khususnya bangsa Indonesia, bagaimana nanti nasib generasi selanjutnya?, Apakah mereka tetap bisa berpegang pada ajaran Rasulullah SAW?, Bagaimana bentuk bangsa Insonesia ini bila telah di-Syi'ah-kan?, Masihkah ada orang yang menghormati Sahabat?, Akankah al-Qur'an terselematkan?, Bukankah perzinaan semakin merajalela dengan praktek muth'ah?.
Untuk itu, demi mengaca pada perjuangan Imam Ahmad, marilah kita bertekad untuk melawan Syi'ah. Semua pejabat dan rakyat harus bersatu padu membela ajaran Rasulullah SAW dan mempertahankan al-Qur'an kalamullah .

2 komentar:

  1. "Perlu dijelaskan, menurut aqidah Syi'ah, bahwa al-Quran yang sempurna adalah al-Quran yang dihimpun oleh Imam Aly  dan masih disimpan oleh Imam Mahdi. Adapun al-Quran yang ada sekarang menurut aqidah Syi'ah adalah kurang. Sedang menurut kita ahli sunnah meyakini sudah sempurna.
    Jadi jika kita ingin mencari al-Quran Syi'ah yang berbentuk kitab secara utuh, sampai kapan pun tidak akan ada."

    Lalu apalagi yang dipermasalahkan.....

    la wong mang gak ada masalah kok
    kenapa harus menghina syi'ah sedemikian rupa. kalau ingin api kita besar...
    api orang lain jangan dimatiin dong....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mereka hidup tanpa kitab suci. Ngaku punya kok disimpan ampe kagak bisa diambil. Sungguh pemeluk agama yang konyol. Pemeluk agama lain masih punya kitab suci(yang dianggap suci).

      Hapus