Kamis, 21 Juli 2011

APAKAH HADIS-HADIS KEDOKTERAN ADALAH WAHYU?

APAKAH HADIS-HADIS KEDOKTERAN ADALAH WAHYU?

oleh: Ag. H. Zakky Mubarrok

Abstrak

Kajian ini menerangkan mengenai beberapa hadits Nabi SAW yang berkaitan dengan kedokteran, makalah ini juga memaparkan beberapa pendapat beserta argumennya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hadits-hadits kedokteran adalah wahyu dari Allah, hal tersebut dapat dibuktikan dengan dua argument. Pertama, bahwa dalam hadits-hadits tersebut tidak ditemukan kesalahan yang bertentangan dengan kajian ilmiah moderen tidak seperti teori kedokteran pada zaman nabi saw yang banyak bertentangan dengan kajian ilmiah, hal ini menunjukkan bahwa hadits-hadits tersebut tidak timbul dari budaya masyarakat pada masa itu. Kedua, dalam hadits-hadits Nabi yang berkaitan dengan kedokteran telah mendahului kajian-kajian medis modern dengan berbagai bentuknya, seperti penciptaan manusia, pencegahan penyakit dan pengobatan. Oleh itu, tidak mungkin semuanya itu adalah bersifat kebetulan dan dapat dipastikan bahwa hadits-hadits tersebut adalah wahyu dari Allah SWT.



A. Pendahuluan

Banyak sekali kajian yang berkaitan dengan tema ini (hadits-hadits kedokteran), begitu juga banyak pendapat-pendapat yang kurang jelas, berangkat dari sini penulis ingin menunjukkan mana pendapat yang benar dengan beberapa bukti baru, yakni beberapa bukti ilmiah yang bersumber dari beberapa eksperimental, disamping juga akan penulis paparkan beberapa dalil syara’ supaya dapat menilai pendapat secara objektif dan benar.

Sebenarnya tema yang penulis angkat kali ini merupakan kajian yang sudah lama dibicarakan, akan tetapi untuk menjawap pertanyaan apakah dalam hadis-hadits kedokteran adalah murni pendapat nabi, bukan dari wahyu? atau malah semua yang diucapkan oleh baginda nabi adalah wahyu dari Allah SWT?

Oleh itu, kajian ini akan memaparkan dua pendapat yang populer yang bertentangan:

Pendapat pertama:

Segala hal yang datang dari baginda nabi, baik ucapan, perbuatan dan ketetapan, adalah wahyu dari Allah SWT. Kelompok ini memperkuat pendapatnya dengan beberapa dalil, diantaranya adalah firman Allah:
         
Maksudnya: Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah.
(QS. al-Hasyr (59): 7)

Juga dalam surah An-Najm (53): 3-4:
          
Maksudnya: dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya) “.

(QS. al-Najm (53): 3- 4)

Ayat diatas memerintahkan untuk mentaati segala perintah dan menjauhi semua larangan Allah SWT dan Rasul-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa semua yang diucapkan dan dilakukan oleh baginda nabi adalah wahyu, karena ayat tersebut adalah bersifat umum, oleh itu, tidak boleh membatasi makna sebuah teks tanpa adanya dalil.

Begitu juga ada beberapa hadis yang dijadikan dalil oleh kelompok ini, bahwa segala sesuatu yang datang dari baginda nabi, baik ucapan, perbuatan dan ketetapan, adalah wahyu dari Allah SWT, diantaranya adalah hadis berikut;

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ كُنْتُ أَكْتُبُ كُلَّ شَىْءٍ أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أُرِيدُ حِفْظَهُ فَنَهَتْنِى قُرَيْشٌ وَقَالُوا أَتَكْتُبُ كُلَّ شَىْءٍ تَسْمَعُهُ وَرَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بَشَرٌ يَتَكَلَّمُ فِى الْغَضَبِ وَالرِّضَا فَأَمْسَكْتُ عَنِ الْكِتَابِ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَوْمَأَ بِأُصْبُعِهِ إِلَى فِيهِ فَقَالَ « اكْتُبْ فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ مَا يَخْرُجُ مِنْهُ إِلاَّ حَقٌّ »

Hadis riwayat dari Abdullah bin ‘Amr. Beliau berkata; “ Aku menulis semua yang saya dengar dari Rasulullah untuk saya hafalkan, kemudian orang-orang Quraisy melarangku dan mengatakan: “ apakah kamu menulis semua yang kamu dengar dari Nabi sedang baginda adalah manusia yang berbicara dalam keadaan marah dan senang”. Maka saya tidak menulis lagi kemudian saya sampaikan hal tersebut kepada nabi, lalu baginda memberi isyarat dengan jarinya ke mulut baginda dan berkata:” Sungguh demi dzat yang jiwaku dalam kekuasaan-Nya, tidak keluar dari sini kecuali perkara yang haq”.

Begitu juga hadis riwayat dari Abu Sa’id Al-Khudry r.a. Beliau bercerita bahwa ada seorang lelaki yang berkunjung kepada baginda Nabi, lelaki tersebut “mengeluh sakit diperutnya”, Nabi pun menjawab “minumlah madu ” kemudian ia datang kedua kalinya dan nabi berkata lagi “minumlah madu “ kemudian lelaki tersebut datang untuk ketiga kalinya dan nabi pun mengulangi jawabannya “minumlah madu “ dan lelaki tersebut datang lagi dan berkata” sudah aku lakukan apa yang baginda perintah ”, nabi pun menjawab “ Maha Benar Allah dan perut saudaramulah yang bohong, minumlah madu “ maka sekali lagi ia meminum madu, kemudian sembuh.

Pendapat pertama ini juga mengatakan bahwa ijtihad nabi pun merupakan wahyu, karena ijtihad tersebut jika benar maka akan ditetapkan dan diakui (iqrar) oleh Allah SWT, sedang ketetapan dari Allah merupakan bagian dari wahyu. Ada pun jika salah maka akan dibenarkan oleh Allah, sedang pembenaran dari Allah tersebut juga merupakan wahyu. Segala hal yang keluar dari baginda nabi adalah wahyu dari Allah SWT.

Pendapat kedua:

Kelompok kedua berpendapat bahwa dalam ucapan nabi ada yang bukan merupakan wahyu. Dalil yang dijadikan pijakan adalah hadis yang membahas ta’bir an-Nakhl (penyerbukan kurma). Hadis tersebut diriwayatkan oleh Musa bin Tolhah dari ayahnya (Tolhah) ia berkata: suatu kali saya dan Rasulullah melewati satu kaum yang berada di atas pohon kurma, maka Rasulullah bertanya ” apa yang mereka lakukan? ”, mereka itu menjawab “ mereka mengawinkan kurma tersebut, yakni dengan menyerbukan yang jantan pada yang betina ” maka rasul bersabda “ aku tidak mengira hal itu akan membuahkan hasil ” maka kaum itu dikabari tentang ucapan baginda, kemudian mereka tidak melakukan penyerbukan kurma. Setelah itu, Rasulullah pun dikabari tentang kegagalan panen kurma karena tidak di dilakukan penyerbukan, lalu baginda bersabda ” aku hanya menyangka saja, jadi janganlah kalian menyalahkanku sebab persangkaan tersebut, akan tetapi jika aku mengatakan kepada kalian semua dari Allah maka ambillah, karena aku tidak pernah berbohong atas nama Allah azza wa jalla ”.

Dalam riwayat lain disebutkan “ aku hanyalah manusia, jika kuperintah kalian semua hal-hal tentang masalah agama maka ambillah, akan tetapi jika dari pendapatku maka aku hanyalah manusia ”. dalam riwayat lain juga dikatakan “ engkau semua lebih tahu tentang urusan duniawi kalian “.

Disini Rasulullah telah membedakan dengan jelas dua macam ucapan beliau, pertama tentang keagamaan yang datangnya dari Allah, baik tauqify atau taufiqy. Yang kedua adalah murni berasal dari pendapat beliau sebagai seorang manusia, jadi mungkin salah dan mungkin benar.

Juga ada hadis lain yang sangat masyhur yang dijadikan pijakan adalah hadis riwayat Ibnu ‘Abbas, Dari Abu Thufail beliau bertanya kepada Ibnu ‘Abbas “ Bagaimana pendapatmu tentang al-Romal (berlari-lari kecil ketika tawaf) tiga kali dan berjalan empat kali, apakah itu merupakan sunnah? Karena kaummu mengira bahwa itu sunnah ” maka Ibnu ‘Abbas menjawab “ mereka jujur dan berbohong “, aku pun bertanya “ apa maksud ucapanmu: mereka jujur dan berbohong? ” Ibnu ‘Abbas menjawab “ rasulullah berkunjung ke Makkah dan orang-orang kafir Quraisy berkata: sungguh Muhammad dan sahabatnya tidak akan mampu tawaf di ka’bah karena kurus, mereka dengki kepada kaum muslimin ” Ibnu ‘Abbas berkata “ kemudian rasul memerintahkan para sahabatnya untuk berlari-lari kecil tiga kali dan berjalan empat kali ...” al-hadis.

Dalam hadis diatas membedakan antara sunnah tasyri’iyyah dan yang bukan tasyri’iyyah dengan bahasa lain membedakan antara ucapan nabi yang merupakan wahyu dan ijtihad baginda, akan tetapi, dari pendapat ini timbul masalah baru yaitu seberapakah batas yang membedakan antara ucapan beliau yang merupakan wahyu dan yang bukan wahyu?

Dalam menjawab masalah ini ada beberapa pendapat:

a. Sebagian ulama’ mengatakan bahwa segala urusan tentang keagamaan adalah wahyu, sedang yang berhubungan dengan duniawi adalah pendapat baginda. Dalil yang mereka jadikan pijakan adalah riwayat yang mengatakan engkau semua lebih tahu tentang urusan duniawi kalian “. Akan tetapi, sebatas mana pula ucapan baginda yang membahas urusan duniawi dan keagamaan? Jika dilihat riwayat Ibnu ‘Abbas diatas, akan ditemukan bahwa sebagian dari permasalahan haji adalah urusan duniawi, sebagai mana juga diketahui bahwa sebagian masalah jual beli, peperangan, perdamaian, makanan, minuman, pakaian dan semisalnya masuk dalam urusan keagamaan. Oleh karenanya sangatlah sulit memberi batas yang jelas sesuai dengan kondisi.
b. Pendapat ini dikatakan oleh al-Imam al-Nawawiketika beliau menjelaskan beberapa hadis yang membahas ta’bir an-Nakhl (penyerbukan kurma), beliau berkata: “ kewajiban kita adalah untuk mengikuti setiap apa saja yang dikatakan oleh baginda nabi.

Walhasil, dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa segala sesuatu yang disampaikan oleh baginda nabi pasti adalah wahyu, kecuali jika ada qorinah (sesuatu yang cukup untuk menunjukkan) bahwa itu adalah murni pendapat baginda, dengan berbagai konteks yang berhubungan dengan hadis tersebut.

Penulis belum pernah menemukan ulama yang secara eksplisit menyinggung masalah ini, kecuali al-Syekh Muhammad al-Tohir Ibnu ‘Asyur, beliau berkata “ ketahuilah, konteks yang paling penting dan spesifik bagi Nabi adalah konteks dimana beliau sebagai pembawa syariat. Karena tasyri’ merupakan tujuan awal diutusnya baginda nabi, hingga dalam satu ayat Allah menghususkan konteks pada beliau, yakni pada ayat وما محمد إلا رسول , karena itu kita harus menginterpretasikan semua ucapan dan perbuatan baginda Nabi, dalam segala hal yang bersinggungan dengan kondisi umat, sebagai sebuah tasyri’ selagi tidak qorinah yang memberi persepsi pada selainnya ”.

Jika mengimplementasikan kaidah ini pada hadis ta’bir an-Nakhl, maka akan menemukan bahwa baginda nabi telah menjelaskan mulai awal, sebagai mana dalam riwayat Tolhah, bahwa perintah itu murni keluar dari pendapat baginda, tepatnya pada ucapan baginda nabi “aku tidak mengira hal itu akan membuahkan hasil “. Ini adalah hadis yang dijadikan dasar pembahasan dan hadis permulaan oleh imam Muslim dalam beberapa riwayatnya dan merupakan riwayat paling kuat, sebagai mana di ketahui dari metode imam Muslim dalam kitab sahih beliau.

B. Beberapa hadis tentang kedokteran.

Hadis-hadis yang bertemakan kedokteran hanyalah bagian yang masuk dalam kategori kaidah ini, dan pendapat yang lebih kuat, sebagaimana telah dijelaskan didepan tadi, adalah yang menyatakan bahwa hadis tersebut wahyu dari Allah swt kecuali jika ada qorinah yang menunjukkan bahwa hadis tersebut dari pendapat baginda Nabi saw.

Diantara beberapa dalil yang kuat dan secara eksplisit menjelaskan tentang kedokteran adalah hadis madu yang telah lewat, dalam hadis tersebut nabi berkata “Maha Benar Allah dan perut saudaramulah yang bohong, berilah ia minum madu “, dari sini tampak jelas bahwa hadis-hadis nabi yang yang bertemakan kedokteran, secara khusus, tidak ada seorang pun yang mengatakan bahwa itu adalah pendapat beliau.

Sebagaimana telah diketahui bahwa hadis-hadis nabi tidak bertujuan secara khusus untuk menjadikan manusia pandai ilmu alam. Hanya saja didalamnya banyak terdapat bukti-bukti ilmiah yang belum terungkap.
Dalam kajian ini penulis memberikan batasan terhadap kajiaan, juga mengunakan metodologi sebagaimana berikut;

1. Penulis hanya akan menyebut hadis-hadis yang sahih, karena hadis sahih yang bisa dijadikan sebagai hujjah.
2. Penulis tidak akan menyinggung hikmah-hikmah ilmiah yang terdapat dalam hadis tasyri’, seperti hikmah yang terdapat dalam bersuci, shalat, puasa dan yang lain. Karena semua itu adalah pembahasan yang panjang sekali dan memerlukan banyak referensi.
3. Penulis tidak akan menyinggung tentang interpretasi ilmiah dalam hadis-hadis yang akan penulis jadikan bukti nanti, akan tetapi hanya menyinggung I’jaz ilmi dalam hadis-hadis tersebut.
4. Penulis hanya akan menjelaskan I’jaz ilmi dalam hadis nabawi saja, bukan dari Al-Qur’an. Karena terkadang hadis yang diucapkan oleh baginda nabi juga berdasar dari Al-Qur’an, bukan wahyu yang mandiri.

Oleh itu, kajian ini dibagikan menjadi dua pembahasan:

Pertama, hadis-hadis yang membahas tentang proses penciptaan manusia.

Prosese penciptaan janin

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud r.a. beliau berkata: Rasulullah saw bercerita kepadaku, sedang beliau adalah orang yang jujur dan terpercaya “salah satu dari kalian dikumpulkan (disempurnakan) penciptaanya dalam rahim selama empat puluh hari “ .

Prosese penciptaan janin, sebagaimana disebutkan dalam hadis diatas, sempurna dalam 40 hari. Pendapat ini pula yang diikuti oleh sebagian besar ulama, dengan bersandar pada hadis ini. Disamping juga banyak kajian yang mendetail dari para dokter ahli.

Ibnu Qoyyim berkomentar setelah menyebutkan hadis ini “ jika sperma sudah masuk dalam rahim dan tidak dimuntahkan, maka ia akan berputar dengan sendirinya lalu mengeras sampai sempurna enam hari. Kemudian muncullah beberapa titik pada tiga tempat; hati, otak dan jantung. Kemudian dari titik-titik tesebut muncul lima garis sampai sempurna tiga hari. Lalu mengalirlah darah disana sampai sempurna lima belas hari, setelah itu sampai sempurna 12 hari, lalu terpisahlah kepala dari kedua pundak dan bagian ujung tubuh dalam masa 9 hari dan sempurnalah pemisahan anggota tubuh tersebut ketika indrawi sudah jelas dalam masa 4 hari dan sempurna 40 hari “. Penjelasan Ibnu Qoyyim diatas adalah penjelasan secara terperinci yang mensyarahkan hadis diatas.

Dr. Muhammad Ali Al-Barr memberi catatan tentang hal diatas “ kami berpendapat bahwa pencipataan manusia semua dikumpulkan selama 40 hari. Bahwa sperma, darah yang menggumpal (‘Alaqah) dan daging yang menggumpal (mudhghah) semuanya tercipta dalam masa 40 hari. Kami juga berpendapat bahwa sel telur yang telah dibuahi akan menyebar dan menjadi seperti buah murbei, kemudian berbentuk seperti bola bakteri tanpa ada bantuan sama sekali dari rahim, itu semua dalam masa 6 hari, kemudian pada hari ke-7 indung telur tadi berubah menjadi darah yang menggumpal dan mulai mendapatkan bantuan/asupan dari rahim. Kemudian darah mengalir kedalam janin pada minggu ke-3, kemudian ‘alaqah berubah menjadi mudhgah dan dimulailah pembentukan bagian-bagian tubuh manusia, mulai dari daging, kulit, tulang dan otot. Semua itu tercipta pada masa pembentukan bagian-bagian tubuh sepanjang minggu ke-4 dan selesai pada minggu ke-8 ”.

Kedua, hadis-hadis yang membahaskan mengenai penyakit, diagnosa dan pengobatan. Dalam bagian kedua ini akan disebutkan beberpa hadis yang berkaitan erat dengan masalah ini, baik secara eksplisit maupun implisit, diantaranya;

1) Keluhan dan rasa sakit dalam tubuh manusia.

Hadis ini diriwayatkan oleh An-Nu’man bin Basyir beliau berkata: Rasulullah saw bersabda: “ perumpamaan orang mukmin dalam saling mengasihi, mencintai dan menyayangi adalah semisal jasad (anggota badan). Jika satu bagian tubuh merasakan sakit, maka bagian yang lain ikut merasakan panas dan sakit “.

Baginda nabi menyerupakan kondisi umat Islam dengan kondisi tubuh manusia, ini adalah sebuah penyerupaan yang dapat difahami secara umum atau metafora. Akan tetapi ilmu modern sekarang, yakni pada seperempat akhir abad ke-20 telah menguak I’jaz ilmi dari hadis diatas, bahwa bagian tubuh manusia yang terkena sakit akan mengirimkan denyut-denyut otot pada otak dan kepada bagian-bagian tubuh lain yang merupakan tempat rasa nyeri. Bagian tubuh yang sakit akan mengirim informasi bersamaan dengan cucuran darah yang menetes pertama kali atau jahitan yang robek atau kuman yang masuk, beberapa elemen-elemen kimia dan hormon pada bagian-bagian inti di otak dan bagian tubuh yang kokoh dan kuat untuk melakukan aktivitas tubuh yang hidup. Itu semua adalah informasi (kiriman) rintihan pengaduan dan permintaan tolong yang sebenarnya, rasa ini tidak dikirim khusus pada setiap tempat ditubuh, akan tetapi hanya pada tempat-tempat tertentu dalam otak yang mempunyai otoritas untuk mengerahkan semua anggota tubuh guna membantu bagian tubuh yang sakit tadi.

Adapaun rangsangan yang terjadi pada bagian tubuh, maka tubuh ini mempunyai bahasa khusus untuk membantu bagian tubuh yang sakit. Ada beberapa macam dalam masalah ini, diantaranya;

1. Bagian tubuh merangsang bagian yang lain untuk bekerja, pusat indrawi mengirim rangsangan kewaspadaan dan kontrol dalam hipotalamus, dan ini merangsang kelenjar pituitari untuk mengeluarkan hormon yang menyerukan seluruh kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon yang merangsang dan mengundang seluruh anggota tubuh untuk memadu fungsinya guna memberi bantuan pada bagian tubuh yang sedang menderita.
2. Tubuh mengerahkan semua energinya untuk menyelamatkan bagian tubuh yang sakit, denyut jantung menjadi semakin cepat untuk mempercepat sirkulasi darah, dan pembuluh darah untuk bagian dalam tubuh dan berkembang dalam bagian sekitar organ yang terinfeksi untuk menutupi energy yang dikebutuhkan, oksigen dan antibodi, hormon dan asam amino konstruktif disertakan dengan apa yang dibutuhkan untuk melawan penyakit ini dan menyembuhkan, ini semua adalah ringkasan dari berbagai organ tubuh seperti hati dan kelenjar endokrin, otot dan kandungan lemak.
3. Rangsangan ini berarti merusak dan menghancurkan, dimulai dengan menghancurkan otot penghasil lemak dan daging (protein) dalam rangka memberikan dirinya sendiri untuk kepentingan sebuah kebutuhan bagian tubuh yang terinfeksi, perusakan ini sesuai dengan tingkat keparahan bagian tubuh yang terinfeksi tadi, dan mungkin juga tubuh akan mengalami penurunan berat hingga setengahnya dalam beberapa kasus. Kondisi tubuh akan terus seperti itu sampai kontrol kepada penyakit yang ada menjadi sempurna, kemudian tubuh dapat kembali untuk membangun dirinya sendiri.

Oleh karena itu proses keluhan dan penderitaan adalah sebuah prosese yang nyata dan dijelaskan oleh baginda nabi saw dalam dua kata yang mengumpulkan semua kenyataan ilmiah yang dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern.

Merupakan sebuah keajaiban apa yang disebut oleh ilmuwan Barat dengan sistem saraf yang bereaksi dalam tubuh jika ada rangsangan bahaya, mereka pun memberi nama sama dengan nama yang diberikan oleh baginda nabi, mereka menyebutnya (sympathetic) yang berarti saling mengasihi, mencintai dan merahmati.

2) Siwak.

Salah satu hadis kedokteran yang berkaitan dengan siwak adalah hadis yang diriwayatkan oleh sayyidah ‘Aisyah RA. Yang berbunyi “ siwak bisa membersihkan mulut dan menjadikan Allah ridho “.

Banyak hadis-hadis yang mendorong kita untuk melakukan siwakan, akan tetapi hadis diatas mempunyai keistimewaan dibanding yang lain, hal itu karena dalam hadis diatas disebutkan beberapa faidah dan manfaat siwakan dari sisi kesehatan yang belum pernah dikenal pada zaman nabi atau pun setelahnya, dalam tenggang waktu yang lama. Karena ilmu modern baru menetapkan masalah ini pada akhir-akhir abad 20. Manfaat dan faidah yang disebutkan adalah mensucikan mulut atau dengan bahasa lain membersihkan mulut, akan tetapi kajian pengetahuan modern telah meyingkap makna baru, yakni membersihkan mulut dari kuman. Karena mulut mengandung sejumlah besar bakteri dari ratusan jenis bakteri-bakteri, virus dan parasit penyakit dengan jumlah dalam jutaan dan mungkin miliaran per milimeter kubik air liur, yang berkembang biak di hampir setiap jam, dan mempengaruhi bau mulut dan warna gigi.

Dalam gig akan terbentuk plak akibat dari bakteri yang menempel, plak tersebut terbentuk dengan cepat, dalam waktu kurang dari satu jam dari membersihkan gigi. Akan tumbuh semakin kental dengan berlalunya waktu jika tidak dibersihkan. Plak ini yang menjadi penyebab penyakit gusi dan kerusakan gigi karena mengandung miliaran kuman. Masalah plak ini tidak ada hubungannya dengan makan dan sisa makanan – sebagaimana juga disangka oleh teori kedokteran klasik – plak adalah formasi permanen yang karena itu harus sering dibersihkan yaitu setiap kurang dari satu jam dan ini tidak mungkin untuk dilakukan dengan menggunakan sikat gigi. Peristiwa ini menampakkan dengan jelas I’jaz hadis nabi yang lain yakni bahwa baginda nabi sering sekali melakukan siwakan sehingga setiap kali bangun tidur. diriwayatkan dari Hudzaifah r.a. beliau berkata: baginda Nabi saw setiap kali bangun tidur malam hari, selalu menggosok giginya dengan siwak.

Sunnah Nabi telah mendorong untuk bersiwakan di setiap hendak wudhu dan shalat tanpa membedakan antara orang yang berpuasa dan tidak, disamping juga ketika hendak tidur, bangun tidur dan ketika bau mulut berubah.
Siwak bisa dikatakan sebagai alat pembersih mulut dan penguat gusi, disamping itu juga dapat mencegah dari terkena beberapa penyakit diantaranya: pengeroposan gigi, garam kalsium deposisi pada gigi, infeksi pada mulut dan gusi, radang amandel, dan lain-lain.

Kayu arok mempunyai keistimewaan untuk dijadikan siwak dibandingkan yang lain, diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Sabutnya yang lembut dan empuk bisa digunakan untuk membersihkan gigi dan menghilangkan sisa-sisa makanan.
b) Kayu arok juga mengandung deterjen, kristal silika, garam mineral resin dan pati.
c) Dalam kayu arok pun terkandung bahan kimia yang didalamnya terdapat bakteri antiseptik dan mematikan kuman, itu mengandung zat yang mirip dengan penisilin, dan berisi materi yang Alsingerin dengan dampak yang parah pada bakteri, didalamnya juga terdapat banyak asam pembunuh bakteri dan antiseptik disamping juga penyembuhan yang kuat pada gusi dan peradangan. Materi-materi dalam kayu arok ini menjadi lebih efektif jika kombinasikan dengan air liur. Direktur Institut Mikrobiologi dan Epidemiologi di University of Rostock di Jerman, menjelaskan bahwa ia telah meletakkan tumbukkan halus kayu arok yang telah basah pada teleskop dan menelitinya ternyata bubuk kayu arok tadi dapat menggantikan fungsi penisilin.
d) Dalam kayu arok terdapat unsur-unsur wewangian yang memberikan bau mulut yang wangi dan rasa yang baik. Dalam rangka meningkatkan manfaat tersebut kita harus dapat mengambil intinya dan memasukkannya dalam budaya dan peradaban yang baik.
e) Dalam kayu arok terdapat unsur fluoride yang berinteraksi dengan salah satu komponen dari permukaan gigi dan bisa menjadi antiseptic dari bakteri gigi yang berbahaya, sebagaimana fluoride tahan terhadap kerusakan, dan mengurangi pertumbuhan bakteri, siwak juga mengandung zat yang dapat membantu menghilangkan sisa-sisa makanan dan warna yang mengendap pada permukaan gigi. Kajian ini adalah hasil keputusan yang telah dibuktikan dalam sebuah penelitian medis pada tahun 1980 atas 887 pengguna Siwak, dengan hasil bahwa 83,7% dari mereka tidak menderita kehilangan gigi mereka dan proporsi karies pada gigi mereka sedikit, salah satu perusahaan farmasi di Swiss setelah melakukan penelitian yang diperlukan untuk menarik bahan aktif dari siwak dan membuat pasta gigi untuk kemudia menempatkannya di pasar sejak akhir tahun delapan puluhan.
f) Setelah semua manfaat dalam siwak penulis paparkan dengan jelas, dalam siwak pun terdapat keistimwaan lain yang hampir tidak tersedia di lain, yaitu bahwa siwak bisa dibawa dalam saku, dan digunakan dengan mudah di setiap tempat tanpa harus menggunkan pasta gigi karena siwak adalah sikat dan pasta gigi, disamping seseorang tidak perlu berkumur untuk membilas mulut dengan air setelah menggunakannya seperti dalam kasus menggunakan sikat gigi dan pasta gigi, sehingga orang dapat menggunakannya setiap jam atau kurang, di mana pun berada, ini adalah fitur yang sangat penting, sehingga diakui bahwa mengkombinasikan manfaat kesehatan disamping memperoleh pahala.

Hadis diatas disampaikan oleh baginda nabi pada era romawi, misalnya, yang mana mereka masih membersihkan gigi dan mulut mereka dengan air kencing, mereka lebih memilih kencing manusia. Dan jika mereka tidak menemukannya maka mereka menggunakan air kencing sapi. Kebiasaan dan budaya ini berlangsung di eropa sampai pada abad ke-16 masehi.

3) Bangun waktu pagi.

Diriwayatkan dari Abu Hurairoh r.a. Bahwa Rasulullah saw bersabda: “ sungguh syaitan itu mengikat tiga ikatan diatas tengkuk kepala diantara kalian ketika sedang tidur, setiap mengikat ia mengatakan “ malam masih panjang maka tidurlah ” akan tetapi jika bangun dan berdzikir kepada Allah maka lepaslah satu ikatan, lalu jika mengambil air wudhu lepas lagi satu ikatan, jika diteruskan dengan shalat lepaslah semua ikatan dan ia akan bangun pagi dengan semangat dan hati yang baik, namun jika semua itu tidak dilakukan maka ia akan bangun dengan hati yang gelisah dan malas “.

Hadis ini menjelaskan pentingnya bangun pagi-pagi untuk kemudian diikuti dengan wudhu dan shalat. karena hal itu bisa mengembalikan peredaran darah dan pernafasan sehingga menjadi semangat, disamping itu juga gerak-gerak yang ada pada wudhu yang didalamnya juga terdapat menyiram dan menggosok anggota tubuh, juga disamping gerakkan-gerakkan yang ada pada shalat, baik itu berdiri, ruku’, sujud, duduk dan bangun dari ruku’ atau sujud. kemudian diikuti dengan membaca al-Qur’an, membaca tasbih, doa dan yang lainnya, kesemua itu tentunya memberi kesan dalam hati seseorang yang melakukannya setelah melakukan shalat, dan ia pun akan merasakan ketenangan dekat kepada Allah swt, dan ini semua telah dicapai oleh umat Islam zaman dulu.

Akan tetapi dalam tema ini pengetahuan modern telah mengungkap bahwa bangun pada pagi hari dan keluar untuk melakukan sholat subuh menjadikan seseorang bisa menghirup udara pagi yang bersih yang banyak mengandung oksigen. Termasuk salah satu cara untuk mensterilkan air adalah dengan gas ozon sebagaimana gas ozon itupun juga mempengaruhi persiapan otot, jaringan-jaringan perasaan jiwa yang dalam, menguatnya otot dan pikiran. Kebanyakan udara di bumi yang disterilkan dari gas ini adalah ketika waktu pagi hari kemudian menjadi berkurang dan hilang seiring terbitnya matahari.

4) Minuman keras adalah penyakit bukan obat.

Diriwayatkan dari wail al-khadromi bahwa Thoriq bin Suwaid bertanya pada Rasulullah SAW. Tentang minuman keras maka Nabi pun melarangnya, Suwaid berkata “ aku menjadikanya untuk obat wahai nabi “, Rasulullah menjawab “minuman keras bukanlah obat, akan tetapi penyakit ”.

Pada zaman dulu dikira bahwa bahaya minuman keras adalah menghilangkan kesadaran kita dalam waktu yang tertentu, disamping juga bahaya yang bersinggungan dengan teori kedokteran klasik. Akan tetapi minuman keras pada dasarnya adalah penyakit, sebagaimana diputuskan oleh beberapa kajian-kajian kontemporer pada masa dekat ini walaupun mereka juga menetapkan bahwa minuman keras itu mempunyai manfaat dalam kesehatan, dan hal itu juga telah disinggung oleh Rasulullah saw.

Dibawah ini adalah beberapa poin yang diungkap oleh kajian kontemporer sekarang, diantaranya;
a) Minuman keras bisa menghalangi kerja otot pada jantung, maka pompa darah menjadi lemah, kecepatan denyut jantung bertambah, tekanan darah systole meningkat dan menyebabkan melebarnya pembuluh darah sehingga menimbulkan rasa panas padahal derajat panas tubuh menurun, maka pusat-pusat pengaturan panas dalam tubuh manusia menjadi kacau sehingga menjadi terasa mati (seperti terbius), lebih-lebih pada anggota tubuh yang terasa dingin.
b) Mengkerutnya pembuluh darah dalam otak, kemudian tekanan darah turun dari kebiasaan sehingga otot dalam otak menjadi tertutupi dari oksigen, dan tidak bekerja sesuai dengan fungsinya atau bahkan mungkin menjadi mati. Karena otot tersebut tidak bisa digantikan yang lain, bahkan kadang bisa menyebabkan matinya otak.
c) Menambahi lendir yang berbahaya didalam darah yang bisa menimbulkan kebekuan atau gumpalan.
d) Selalu minum minuman keras dapat menyebabkan radang perut yang lemah dan berkurangnya darah.
e) Selalu minum minuman keras dapat menyebabkan penyakit pada jantung yang bisa melemahkan kekuatan jantung untuk melakukan tugas-tugasnya, jantung pun membengkak sebagaimana muncul keadaan yang merusak hati.
f) Kadang ada yang mengira bahwa minuman keras dapat meningkatkan hasrat biologi, akan tetapi pada dasarnya minuman keras bisa mengurangi hasrat tersebut.
g) Penelitian kontemporer pun menetapkan bahwa minuman keras punya pengaruh yang berbahaya pada janin. kejelekan-kejelekan bentuk tubuh akan timbul seperti berhentinya pertumbuhan otak sehingga menjadi kecil yang bisa mempengaruhi kecerdasan.

Ini adalah hanya sebagian kecil bahaya minuman keras yang telah diungkap oleh penelitian kontemporer dan sungguh benar apa yang disampaikan Rasulullah bahwa minuman keras adalah penyakit bukan obat.

5) Hadis lalat.

Diriwayatkan dari Aby Hurairah r.a. Bahwa Rasulullah saw bersabda: “ jika ada lalat jatuh dalam minuman salah satu kalian, maka celupkan semua kemudian buanglah. Karena dalam salah satu sayapnya terdapat obat dan yang lain terdapat racun ”.

Hadis tentang lalat adalah hadis yang banyak menimbulkan perdebatan panjang, lebih-lebih pada masa kontemporer bahkan sebagian dari ilmuwan sekarang menganggapnya sebagai bukti tidak dhobt (kuatnya merekam data) para ahli hadis. Akan tetapi dengan perkembangan kajian ilmiah menjadikan jelas bahwa hadis diatas tidak hanya sahih saja, akan tetapi memiliki I’jaz ilmi dari dua aspek: pertama, bahwa hadis tersebut menjelaskan lalat yang membawa sebab penularan penyakit yang dikenal dengan bakteri-bakteri sejak masa dahulu. Kedua, lalat juga memiliki zat penawar dari bakteri tersebut dan ini masih belum diketahui oleh orang banyak.

Beberapa kajian telah membuktikan seperti berikut;

Lalat membawa bakteri juga penawar dari bakteri tersebut, para pakar telah menjalankan kajiannya selama tiga priode yang telah lewat mengenai penyakit kolera yang disebabkan dari lalat dan kudis. Setelah dijalankan kajian tersebut mereka mendapati bahwa racun dan bakteri yang berasal dari lalat tersebut berasal dari salah satu sayap lalat tersebut. Kajian tersebut dijalankan di Bangladesh melalui air minum yang menyebabkan penyebaran penyakit kolera di negara tersebut, kemudian dengan air tersebut juga menjadi penawar dari penyakit kolera setelah di dapati lalat-lalat tersebut mati dalam air tersebut.

6) Hadis kurma sebagai penawar racun.

Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash bahwa Rasulullah SAW bersabda ” siapa yang memakan tujuh butir kurma di pagi hari maka menjadi penawar racun sampai waktu sore hari “.

Telah diketahui mulai zaman dahulu pentingnya protein yang terdapat dalam korma, hadis ini menerangkan dengan jelas pentingnya kuram sebagai penawar racun. Hal ini belum pernah diketahui oleh siapapun pada masa nabi dan setelahnya dalam kurun waktu yang panjang, adapun pada masa sekarang maka ilmuwan telah banyak mengetahui bermacam-macam racun dan bagaimana kerjanya dalam tubuh dan apa saja yang dianggap sebagai penawar dari racun tersebut.

Para pakar sekarang menetapkan bahwa racun ada beberapa macam, sebagaimana media-media untuk terkena racun pun juga bermacam-macam. Pada pembahasan ini kurang tepat untuk menjelaskan perincian tersebut. Disamping juga menjadi jelas bahwa tubuh bisa terbebas dari cairan gas dalam perut ketika terkena penyakit magh, juga dari racun yang berasal dari bakteri dan dari hasil-hasil pembusukan dari menggumpalnya beberapa protein dalam usus dengan cara menyambungkan protein tadi dalam hati dengan unsur-unsur lain. Sedangkan unsur paling penting dalam masalah ini adalah asam gulukronik yang diciptakan oleh jantung dari oksidasi gula glukosa yang ada didalam darah atau yang dihasilkan dari pecahan yang diambil dari gula yang terkandung dalam kurma. Karena itu pula, fungsi jantung paling penting adalah menetralisir beberapa unsur-unsur racun dengan berbagai macamnya. Karena kadar gula yang terdapat pada kurma termasuk salah satu zat penetralisir dan penyembuhan berbagai macam racun. Buah-buahan paling kaya dan banyak mengandung zat ini adalah kurma, anggur dan buah tin, karena kadar gula didalamnya sekitar 75%. Beberapa komponen ini adalah bahan untuk fermentasi dalam usus melawan beberapa protein yang telah rusak dan dengan demikian mengurangi hasil kotoran yang beracun. Oleh karena kurma adalah yang tersedia di Hijaz sepanjang tahun maka dianjurkan oleh Rasulullah untuk memakannya setiap pagi sebelum sarapan - seperti dalam puasa – agar zat gulanya diserap dengan cepat dan sebagian dari zat kula tersebut tersimpan dalam hati/jantung yang bisa membantu sabotase racun dan mengamandemennya.

Jadi begitulah, sungguh dalam hadis nabi terdapat pengetahuan ilmiah yang lebih dahulu dari yang lain, ketika menetapkan bahwa dalam kurma terdapat penetralisir dan obat untuk racun. Sungguh Banar apa yang dikatakan Rasulullah.

Setelah penulis paparkan beberapa hadis nabawi sebagaimana diatas, maka jelas sudah bagi pembaca bahwa hadis-hadis diatas tidak mungkin merupakan hasil ijtihad baginda nabi dan juga tidak mungkin merupakan hasil dari pengobatan masyarakat atau lingkungan dimana nabi hidup, bukan pula merupakan ilmu kedokteran yang berkembang dimasanya. Karena alasan diatas maka semua hadis nabi yang bertemakan kesehatan atau kedokteran tidak lain adalah wahyu dari Allah swt. Dengan ini menjadi lebih kuat pula kaidah yang telah penulis haturkan diawal pembahasan tadi, yakni bahwa semua yang disampaikan oleh baginda nabi adalah wahyu dari Allah swt kecuali jika ada qorinah yang cukup untuk menunjukkan selain itu. Wa allahu a’lam bis showab.

7) Kesimpulan.

Dari pembahasan diatas bisa penulis ambil beberapa kesimpulan yang pokok sebagai berikut ini;
a. Tidak ada satu pun orang yang membahas tentang tema ini kecuali beberapa abad setelah terutusnya baginda nabi. Dan itu adalah merupakan hasil dari kuatnya beberapa teori kedokteran yang salah, sehingga sebagian orang mengira bahwa hal itu bertentangan dengan hadis nabi.
b. Tidak ada perbedaan dalam hadis nabi antara satu aspek dan yang lain.
c. Semua yang disampaikan oleh nabi adalah wahyu selama tidak ada qorinah yang cukup kuat untuk menunjuk yang lain.
d. Beberapa hadis nabi tidak terjebak dalam kesalahan yang terjadi pada ilmu kedokteran pada zaman dan masyarakat nabi.
e. Dalam hadits nabi terdapat ilmu pengetahuan yang lebih dahulu dari yang lain, dalam berbagai macam aspek yang berbeda-beda.
f. Hadits-hadits nabi yang bertemakan kedokteran hanyalah merupakan sebuah contoh,bukan membatasi ilmu kedokteran hanya pada contoh-contoh yang tertera dalam hadits.
g. Hadits-hadits nabi yang bertemakan kedokteran adalah bukti baru, ilmiah dan eksperimental atas kebenaran agam yang dibawa oleh nabi.
h. Hadits-hadits yagn membahas tema kedokteran dan kesehatan adalah wahyu dari Allah SWT,juga seperti hadits-hadits yang lain.


BIBLIOGRAFI

Al-Quran al-Karim

Abu Dawud Sulayman bin Asy’ath (2005), Sunan Aby Dawud, Beirut: Dar al-Kutub al-Arabi.

Asqalani, Ahmad bin Ali bin Hajar al- (1999), Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari. Beirut: Dar al-Ma’rifah.

Barr, Muhammad Ali Al- Dr. (2005), Khalq al-Insan, Beirut: Dar al-Ma’rifah.

Bukhari, Muhammad bin Isma'il al- (1987), al-Jami' al-Sahih, Beirut: Dar Ibnu Kathir.

Hibban, Muhammad bin Hibban (1993), Sunan Ibn Hibban. Beirut: Mu’asasah al-Risalah.

Jawad, Abd al- Dr. (2006), I’jaz al-Qur’an wa al-Sunnah fi al-Tibb al-Wiqa’i, Jurnal I’jaz, edisi ke- 3.

Muslim bin al-Hajjaj al-Naysaburi (t.t.), Sahih Muslim, Beirut: Dar al-Jil

Nawawi, Yahya bin Syaraf al-Diin al- (1973), al-Minhaj Syarh Sahih Muslim, Beirut: Dar Ihya’ al-Turath al-Araby.

Qudah, Abd al-Hamid al- Dr. (1987), Ilm al-Jarathim wa Tibb fi Islam, Jordan: al-Mustasyfa al-Islami.

Rida, Amin Dr. (1997), Munaqasyah Hadi’ah fi hadith al-Dzhbab, Jurnal al Tauhid, edisi ke-5. Riyad

Tahir bin 'Asyur (t.t.) Maqasid al-Syari’ah, Tunisia: Syarikah Tunisiyah li Tauzi’.

Ubay, Muhammad bin (2003), al-Tibb al-Nabawi, Beirut: Dar al-Fikr.

Ziriklyi, Khair al-Din al- (1979), al-’I‘lam Qamus Tarajim li ’Asyhur al-Rijal wa al-Nisa’ min al-Arab wa al-Musta’rabin wa al-Mustasyriqin, cet. 4. Beirut: Dar li Malayyin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar