Kitab TA'LIM
MUTA'ALIM, yang disusun dan di karang oleh Syekh Az-Zarnuji, merupaka kitab dan
acuhan sekaligus bimbingan bagi seorang penuntut ilmu agar mendapatkan ilmu
yang bermamfaat bagi dirinya pada khusussnya dan masyarakat pada umumnya.
Dalam kitab ini
terdapat banyak sekali petunjuk – petunjuk bagi seorang penuntut ilmu, seperti
halnya memilih guru dan teman yang akan di jadikan seorang guru dan teman untuk
berdiskusi dan mencari solusi dalam permasalahan yang ada dalam masyarakat,
cara memuliakan ilmu dan shohibul ilmi dan masih banyak hal – hal yang
berhubungan tentang hak dan kewajiban penuntut ilmu.
Tentang
Pengarang
Imam al-Zarnji Terlahir dengan nama Burhanuddin al-Zarnuji, sebagian
menyebutkan bahwa namanya adalah Syeikh Ibrahim bin Isma'il Al Zarnuji. Jika
dilihat dari nisbahnya, yaitu Az-Zarnuji, maka sebagian peneliti mengatakan
bahwa ia berasal dari Zaradj, yakni suatu daerah yang kini dikenal dengan nama
Afganistan. Adapula yang menyebutkan bahwa ia berasal dari daerah Ma Warâ’a
al-Nahar (Transoxinia). Tidak diketahui secara pasti mengenai tanggal kelahiran
meupun sejarah kehidupannya, namun ada dua pendapat yang menjelaskan tentang wafatnya,
yakni Pertama, pendapat yang mengatakan beliau wafat pada tahun 591 H./1195 M.
Sedangkan pendapat yang kedua mengatakan bahwa Az-Zarnuji wafat pada tahun 840
H./1243 M.
Karya Az-Zarnuji yang berjudul Ta’allim al-Muta’allim ditulis dengan bahasa
Arab. Kemampuannya berbahasa Arab tidak bisa dijadikan alasan bahwa beliau
keturunan Arab. Beberapa referensi telah penulis telaah dan tidak ditemukan
bahwa az-Zarnurji adalah bangsa Arab, namun bisa jadi hal itu benar, sebab pada
masa penyebaran agama Islam banyak orang Arab yang menyebarkan agama Islam ke
berbagai negeri, kemudian bermukim di tempat di mana ia menyebarkan agama
Islam.
Az-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkan, yaitu ibu kota yang
menjadi pusat keilmuan, pengajaran dan lain-lainnya. masjid-masjid di kedua
kota tersebut dijadikan sebagai lembaga pendidikan dan diasuh oleh beberapa
guru besar seperti Burhanuddin Ali bin Abi Bakr Al-Marginani (Th. 1197)
pembesar ulama’ Hanafiyah pengarang kitab al Hidayah , Syamsuddin Abdil Wajdi
Muhammad bin Muhammad bin Abdul Satar, selain itu banyak guru Az- Zarnuji yang
pendapat-pendapat mereka banyak diangkat dalam karyanya Ta’allim al-Muta’allim.
Selain tiga orang di atas, Az-Zarnuji juga berguru kepada Ali Bin Abi Bakar
Bin Abdul Jalil Al Farhani, Ruknul Islam Muhammad bin Abu Bakar yang dikenal
dengan nama Khawahir Zada, seorang mufti Bukhara yang ahli dalam bidang fiqih,
sastra dan syair, Hammad Bin Ibrahim ahli fiqih, sastra dan ilmu kalam,
Fakhuruddin Al-Kasyani, Rukhnuddin al-Farhami ahli fiqih, sastra dan syair. Ia
juga belajar kepada Al-Imam Sadiduddin Asy-Syirazi.
Dari karya beliau Kitab Ta’lim Muta’alim ini, dapat di ketahui bahwa beliau
adalah sosok yang yang ‘Alim Fiqh yang bermadzham Hanafi dan fanatik terhadap
Madzhabnya, terbukti beliau sering menyebutkan pendapat dari para ulama’
hanafiyah, bahkan beliau dalam mencontohkan kitab yang harus di pelajari dalam
tahapan belajar, beliau menyebutkan Kitab2 Hanafiyah.
ISI KITAB
Pada dasarnya
ada beberapa konsep pendidikan Zarnuji yang banyak berpengaruh dan patut
diindahkan, yakni :
1)
Motivasi dan penghargaan yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan ulama
2) Konsep filter terhadap ilmu pengetahuan dan ulama
3) Pendekatan-pendekatan teknis pendayagunaan potensi
otak, baik dalam terapi alamiyah atau moral-psikologis.
Point-point ini
semuanya disampaikan Zarnuji dalam konteks moral yang ketat. Maka, dalam banyak
hal, ia tidak hanya berbicara tentang metode belajar, tetapi ia juga
menguraikannya dalam bentuk-bentuk teknis. Namun walaupun demikan,
bentuk-bentuk teknis pendidikan ala Zarnuji ketika dibawa ke dalam wilayah dengan
basis budaya modern, terkesan canggung. Saat itulah, Ta’lim kemudian banyak
dipandang secara “tidak adil” (baca: apriori), ditolak dan disudutkan. Tetapi
menurut penulis, terlepas dari pro-kontra kelayakannya sebagai metodologi
pendidikan, yang jelas Zarnuji dalam cermin besarnya telah memberikan sebuah
nuansa tentang pendidikan ideal; sebuah pendidikan yang bermuara pada
pembentukan moral.
Secara umum
kitab ini berisikan tiga belas pasal yang singkat-singkat, yaitu;
1)
Pengertian Ilmu dan Keutamaannya
2)
Niat di kala belajar
3)
Memilih ilmu, guru dan teman serta ketahanan dalam belajar
4)
Menghormati ilmu dan ulama
5)
Ketekunan, kontiunitas dan cita-cita luhur
6)
Permulaan dan intensitas belajar serta tata tertibnya
7)
Tawakal kepada Allah
8)
Masa belajar
9)
Kasih sayang dan memberi nasehat
10)Mengambil pelajaran
11)Wara (menjaga diri dari yang haram dan syubhat) pada masa belajar
12)Penyebab hafal dan lupa, dan
13)Masalah rezeki dan umur.
Dari ke 13 bab
pembahasan di atas, dapat kita lihat bahwa dari segi metode belajar yang dimuat
Zarnuji dalam kitabnya itu meliputi dua kategori. Pertama, metode bersifat
etik. Kedua, metode yang bersifat strategi. Metode yang bersifat etik antara
lain mencakup niat dalam belajar; sedangkan metode yang bersifat teknik
strategi meliputi cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih teman dan
langkah-langkah dalam belajar. Apabila dianalisa maka akan kelihatan dengan
jelas Zarnuji mengutakan metode yang bersifat etik, karena dalam pembahasannya
beliau cenderung mengutamakan masalah-masalah yang bernuansa pesan moral.
1.
Pengertian Ilmu dan Keutamaannya
Pada bagian
awal kitab ini, beliau menguraikan dengan jelas dan gambling bagalman keutamaan
ilmu dan Shohibul Ilmi, sekaligus keutamaan Ahli Fiqih. Sebab setiap para
penuntut ilmu harus tahu bagaimana tata cara sholat, zakat,, dan lain- lainnya,
hal-hal itu merupakan cabang-cabang ilmu dari ilmu Fiqih yang wajib di cari dan
di pelajarinya.
Bukan saja
mempelajari ilmu Fiqih yang Fardhu Ain hukumnya, tetapi ilmu Tauhid sama saja
hukumnya, yaitu Fardhu Ain, sebab berkaitan dengan tentang keyakinan dan aqidah
yang dimilki oleh seorang muslim, agar keyakinan tidak luntur dan goyah seiring
dengan perubahan zaman, apalagi jika kita pad saat sekarang ini banyak
keyakinan dan aliran keagaman yang bermunculan bak bagaikan jamur yang
bertaburan, yang mungkin akan menyerang dan merusak keyakinan dan aqidah kita
semua selaku umat islam yang menyakini bahwa Allah adalah tuhan yang Esa da
Nabi Muhamad adalah Rasul yang terakhir.
2.
Niat di kala belajar
Pada Fashl ini, syekh
Az-zurnuju, menjelaskan secara gambelang tentang masalah niat. Karena niat
merupakan pokok dan harus di milki oleh para penuntut ilmu. Beliau menjelaskan
secara gambelang bagalman seorang penuntut ilmu berniat, karena denga niat yang
sungguh-sungguh dalam melakuakan aktifitas belajar maka akan mendapatkan pahala
baik di dunia dan di akhirat.
Syekh az-Zarnuji menjelaskan bahwa niat adalah azas segala
perbuatan, maka dari itu adalah wajib berniat dalam belajar. Konsep niat dalam
belajar ini mengacu kepada hadis Nabi saw yang artinya “Hanyasanya semua
pekerjaan itu harus mempunya niat, dan hanyasanya setiap pekerjaan itu apa yang
ia niatkan".(HR. Bukhari)
Dengan demikan
amal yang berbentuk duniawi seperti makan, minum dan tidur bisa jadi amal
ukhrawi dengan niat yang baik. Dan sebaliknya amal yang berbentuk ukhrawi
seperti shalat, membaca zikir jadi amal duniawi dengan niat yang jelek seperti
riya. Zarnuji berpendapat bahwa belajar adalah suatu pekerjaan, ia harus
mempunya niat belajar.
Zarnuji
menjelaskan bahwasanya dalam belajar hendaklah berniat untuk:
•
Mencari ridha Allah ‘Azza wa Jalla
•
Memperoleh kebahagiaan akhirat
•
Berusaha memerangi kebodohan pada diri sendiri dan kaum yang bodoh
•
Mengembangkan dan melestarikan Islam
•
Mensukuri nikmat akal dan badan yang sehat.
Sebagaimana kutipan Syekh Burhanudin yang
artinya Sungguh merupakan kehancuran yang besar seorang alim yang tak peduli,
dan lebih parah dari itu seorang bodoh yang beribadah tanpa aturan, keduanya
merupakan fitnah yang besar di alam semesta bagi orang-orang yang menjadikan
keduanya sebagai pedoman. Ini mengisyaratkan bahwa orang yang pandai tetapi
kependaiannya hanya untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain itu tidak
berarti, begitu juga orang bodoh beribadah ibadahnya bias batal atau ia akan
mudah terjerumus ke aliran sesat.
Di samping itu
Zarnuji menyebutkan agar penuntut ilmu yang telah bersusah payah belajar, agar
tidak memanfaatkan ilmunya untuk urusan-urusanduniawi yang hina dan rendah
nilainya. Untuk itu kata Zarnuji hendaklah seseorang itu selalu menghiasi
dirinya dengan akhlak mulia. Jadi yang perlu dicamkan adalah bahwa dalam
mencari ilmu harus dengan niat yang baik sebab dengan niat itu dapat
menghantarkan pada pencapaian keberhasilan. Niat yang sungguh-sungguh dalam
mencari ilmu adalah keridhaan Allah akan mendapatkan pahala. Tidak
diperkenankan dalam mencari ilmu untuk mendapatkan harta banyak.
3.
Memilih ilmu, guru dan teman serta ketahanan
dalam belajar
Syekh
Az-zarnuji bukan saja menjelaskan tentang niat, akan tetapi beliau juga
bagalmana kita mencari seorang guru yang akan di jadikan sebagai pembimbing,
penuntun dan pentransper ilmu pengetahuan kepada kita, dan juga menjelaskan
bagalmana kita mencari teman yang akan kita jadikan sebagai patner dalam
mencari ilmu, sebab dengan berteman denga yang malas secara otomatis kita akan
ikut menjadi malas pula, begitu juga sebaliknya. Sebagai mana syair mengatakan
:
لا تصحب الكسلان فى
حالاته # كم صالح بفساد اخر يفسد
Yang artinya.
"janganlah engkau bergauk denga seorang yang
pemalas, banyak orang yang baik lantaran bergaul denga orang yang rusak tingkah
lakunya, akhirnya ia menjadi rusak."
4.
Menghormati ilmu dan ulama
Beliau juga
menjelaskan cara memuliakan ilmu dan cara memuliakan para guru dan Kiai selaku
shohibul ilmi. Perlu kita ketahui, seorang yang mencari ilmu tidak nakan
mendapatkan ilmu dan keutamaannya, terkecuali menghormati ilmu dan para guru
dan Kiai, dan termasuk memulyakan ilmu adalah adalah menulis dengan tulisan
yang baik dan jelas, agar kita tidak menyesal dan di caci maki oleh anak cucu
kita.
Adab yang tidak boleh dilakukan terhadap guru:
· Tidak berjalan di depan guru.
· Tidak menduduki tempat yang di duduki seorang guru .
· Tidak mendahului
bicara di hadapan guru kecuali dengan izinnya.
· Tidak bertanya dengan pertanyaan yang membosankan
guru.
· Tidak mengganggu istirahat guru.
· Tidak menyakiti hati guru.
· Jangan duduk terlalu dekat dengan guru.
assalamu'alaikum, izin copy yaa mas bro. aku akan nulis tapi belum sempat.
BalasHapushttp://elbaruqy.blogspot.com