Sabtu, 05 Maret 2011

UQUD AL-LUJAYN: KITAB PEGANGAN WANITA SHOLIHAH

UQUD AL-LUJAYN: KITAB PEGANGAN WANITA SHOLIHAH
Oleh: Kang Sae Full

Uqud al-Lujayn adalah kitab yang sangat terkenal di kalangan pesantren. Meski tidak dijadikan referensi wajib, namun hampir setiap bulan Ramadhan karya Syaikh Imam Nawawi Banten ini selalu dibacakan di berbagai pesantren, yang biasanya diikuti oleh kalangan santri perempuan. Karena materi kitab ini memang secara spesifik mengupas seputar kehidupan rumah tangga - khususnya perempuan - dengan rujukan hadis-hadis dan ayat Qur'an.
Dan Kitab ini pernah mendapatkan kritikan pedas oleh Gerakan yang mengatasnamakan kesetaraan gender, yaitu FK3” (Forum Kajian Kitab Kuning) yang di punggawai oleh para elite NU, Di situ ada nama Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Masdar F. Masudi, Husen Muhammad, Lies Marcus, dan sebagainya. Dan al hamdulillah temen-temen kita dari Forum Kajian Islam Tradisional (FKIT)Pasuruan, yang beranggotakan kyai-kyai muda dari berbagai pesantren, seperti Abdul halim Mutamakkin, Muhibbul Aman Ali, HA Baihaqi Juri, M. Idrus Ramli, dan sebagainya telah melakukan pembelaan dan berhasil membongkar kesesatan dan kekeliruan mereka.
Dan dalam tulisan ini, penulis hanya ingin sedikit mengupas bagiamanakah manhaj atau metode dalam penyusunan kitab yang merupakan produk lokal ini, karena merupakan karangan dari orang Indonesia tulen.

Tentang Pengarang:
Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar ibnu Arabi bin Ali al-Jawi al-Bantani.
Syaikh Nawawi al Bantani (1814-1897 M)] Nawawi bin Umar bin Araby terkenal dengan Syaikh Nawawi al Bantani. Syaikh Nawawi al Bantani merupakan keturunan ke-12 dari Sunan Gunung Jati (Maulana Syarif Hidayatullaah) melalui jalur Maulana Hasanuddin (Sultan Banten I Sunya Raras Taj’ul ‘Arsy). Nasab Syaikh Nawawi al Bantani bersambung hingga Nabi Saw melalui Imam Ja’far ash Shadiq, Imam Muhammad al Baqir, Imam Zainal ‘Abidin, Sayyidina Husein, Sayyidatina Fatimah al Zahra.
Ayahanda Syaikh Nawawi al Bantani adalah KH Umar bin Araby, ulama dan penghulu Daerah Banten. Dan ibu beliau bernama Nyai Zubaidah. Sejak keci beliau telah memperoleh pendidikan ilmu dari ayahnya sendiri. mulai ilmu nahwu, fiqh hingga tafsir. Berkat bakat dan kecerdasan yang Allah karuniakan serta bimbingan ayahnya, Nawawi al Bantani telah hapal al Qur’an sejak masa anak. Kemudian Ayahanda menyerahkan Nawawi al Bantani pada KH Sahal Banten dan KH Yusuf Purwakarta, ulama besar zaman itu, agar memberi pengajaran. Pada usia yang masih sangat belia, 15 tahun, beliau berani menempuh perjalanan lintas benua. menuju ke Mekkah untuk memperdalam ilmu.
Dan di Mekah beliau belajar kepada beberapa ulama terkenal pada zaman itu, di antara mereka:
a) Syeikh Ahmad an-Nahrawi,
b) Syeikh Ahmad ad-Dimyati,
c) Syeikh Muhammad Khathib Duma al-Hanbali,
d) Syeikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Maliki,
e) Syeikh Zainuddin Aceh,
f) Syeikh Ahmad Khathib Sambas,
g) Syeikh Syihabuddin,
h) Syeikh Abdul Ghani Bima,
i) Syeikh Abdul Hamid Daghastani,
j) Syeikh Yusuf Sunbulawani,
k) Syeikhah Fatimah binti Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani,
l) Syeikh Yusuf bin Arsyad al-Banjari, S
m) yeikh Abdus Shamad bin Abdur Rahman al-Falimbani,
n) Syeikh Mahmud Kinan al-Falimbani, Syeikh Aqib bin Hasanuddin al-Falimbani.
dan selanjutnya setelah menerima pelbagai ilmu di Mekah, beliau meneruskan pelajarannya ke Syam (Syiria) dan Mesir.
Tahun 1832 KH Nawawi al Bantani pulang ke tanah air. Usianya baru 18 tahun saat KH Nawawi al Bantani gantikan almarhum ayahanda mengasuh pesantren di Banten dalam cengkeraman penjajahan Hindia-Belanda. Dan terhadap kolonialisasi itu KH Nawawi al Bantani tidak agresif dan tidak reaksioner. KH Nawawi al Bantani concern ke dunia ilmu, membimbing para murid dan menegakkan kebenaran dan agama Allah SWT dari pesantren. Namun pendirian KH Nawawi al Bantani teguh, sikapnya tidak kooperatif sama sekali terhadap kolonialis Hindia-Belanda. Concern KH Nawawi al Bantani pada ilmu jauh lebih menariknya hingga 3 tahun sesudahnya KH Nawawi al Bantani memutuskan hijrah ke Mekkah untuk menimba ilmu dengan ngaji. Mengaji Ilmu Lagi KH Nawawi al Bantani benar-benar hijrah menetap di Mekkah selama 30-an tahun.

Murid Murid
Adapun murid Syeikh Nawawi al-Bantani di pulau Jawa yang menjadi ulama yang terkenal sangat ramai, di antara mereka ialah:
a) K. H. Hasyim Asy'ari, Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jawa Timur,
b) KH. Raden Asnawi di Kudus, Jawa Tengah,
c) KH. Tubagus Muhammad Asnawi di Caringin, Purwokerto, Jawa Barat,
d) Syeikh Muhammad Zainuddin bin Badawi as-Sumbawi,
e) Syeikh Abdus Satar bin Abdul Wahhab as-Shidqi al-Makki,
f) Sayid Ali bin Ali al-Habsyi al-Madani,
Dan masih banyak lagi.

Karya Karya
Berapa karya Syeikh Nawawi al-Bantani yang sebenarnya belum diketahui dengan pasti., dan bebeapa karya beliau yang dapat di himpun ialah:

1. Targhibul Musytaqin, selesai Jumaat, 13 Jamadilakhir 1284 Hijrah/1867 Masehi.
2. Fat-hus Shamadil `Alim, selesai awal Jamadilawal 1286 Hijrah/1869 Masehi.
3. Syarah Miraqil `Ubudiyah, selesai 13 Zulkaedah 1289 Hijrah/1872 Masehi.
4. Madarijus Su'ud ila Iktisa'il Burud, mulai menulis 18 Rabiulawal 1293 Hijrah/1876 Masehi.
5. Hidayatul Azkiya' ila Thariqil Auliya', mulai menulis 22 Rabiulakhir 1293 Hijrah/1876 Masehi, selesai 13 Jamadilakhir 1293 Hijrah/1876 Masehi.
6. Fat-hul Majid fi Syarhi Durril Farid, selesai 7 Ramadan 1294 Hijrah/1877 Masehi.
7. Bughyatul `Awam fi Syarhi Maulidi Saiyidil Anam, selesai 17 Safar 1294 Hijrah/1877 Masehi.
8. Syarah Tijanud Darari, selesai 7 Rabiulawal 1297 Hijrah/1879 Masehi.
9. Syarah Mishbahu Zhulmi `alan Nahjil Atammi, selesai Jamadilawal 1305 Hijrah/1887 Masehi.
10. Nasha-ihul `Ibad, selesai 21 Safar 1311 Hijrah/1893 Masehi.
11. Al-Futuhatul Madaniyah fisy Syu'bil Imaniyah, tanpa tahun.
12. Hilyatus Shibyan Syarhu Fat-hir Rahman fi Tajwidil Quran, tanpa tahun.
13. Qatrul Ghaits fi Syarhi Masaili Abil Laits, tanpa tahun.
14. Mirqatu Su'udi Tashdiq Syarhu Sulamit Taufiq, tanpa tahun.
15. Ats-Tsimarul Yani'ah fir Riyadhil Badi'ah, tanpa tahun.
16. Tanqihul Qaulil Hatsits fi Syarhi Lubabil Hadits, tanpa tahun.
17. Bahjatul Wasail bi Syarhi Masail, tanpa tahun.
18. Fat-hul Mujib Syarhu Manasik al- 'Allamah al-Khatib, tanpa tahun.
19. Nihayatuz Zain Irsyadil Mubtadi-in, tanpa tahun.
20. Al-Fushushul Yaqutiyah `alar Raudhatil Bahiyah fi Abwabit Tashrifiyah, tanpa tahun. 

Tentang kitab:
Kitab ini terdiri dari empat bab pembahasan, muqoddimah dan di akhiri dengan Khotimah, dengan urutan sebagai berikut:
• Pendahuluan,
• Kewajiban Suami terhadap Isteri,
• Kewajiban Isteri terhadap Suami,
• Keutamaan Shalat di Rumah Bagi Wanita,
• Larangan Melihat Lawan Jenis
• dan Penutup yang diberi judul Tingkah Laku Wanita
yang dalam tiap bab membahaas permasalahn yang berbeda yang berhubungan dengan hak dan kewajiban dalam berrumah tangga dengan rincian sebagai berikut.

• Pendahuluan,
Dalam pendahuluan ini, beliau hanya
• Kewajiban Suami terhadap Isteri,
Pada bab ini beliau membahas panjang lebar tentang kewajiban seorang suami terhadap istrinya, mulai dari kewajiban menafkahi, memberi mahar, dan kewajiban untuk mengajari seorang istri tentang ilmu-ilmu yang dibutuhkan entah itu masalah Haidh, nifas atau ilmu-ilmu yang lai.
Beliau memulai pembahsan kitab dengan bab ini menunjukkan bahwa beliau sangat menghormati hak-hak wanita, dan tidaklah diskriminatif terhadap mereka.
Dengan menyitir ayat " وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ " beliau menerangkan pancang lebar bahwa kewajiban seorang laki-laki haruslah bisa menghormati wanita dan tidak boleh untuk menyakitinya sama sekali baik secara mental atau secara fisik.

• Kewajiban Isteri terhadap Suami,
Sebagai sub pembahasan yang kedua, beliau membahas tentang bagaimana kewajiban seorang istri terhadap suaminya, dari kewajiban taat terhadap suami, menyerahkan dirinya secara penuh, selalu dirumah menutup diri dari pandangan ajnabi dan beberapa kewajiban yang lain.

• Keutamaan Shalat di Rumah Bagi Wanita,
Dalam bab ini beliau sangat menganjurkan bagi para wanita untuk melakukan sholat di rumahnya saja, karena hal ini untuk menjaganya dari fitnah dan hal-hal yang tidak di inginkan.
Dalam pembahasan ini beliau banyak sekali menyebutkan hadits yang menjelaskan bagaimana dampak dari keluarnya wanita dar rumah walaupun itu ke masjid untuk melakukan jamaah apalagi dengan menggunakan pakaian yang mencolok atau wewangian.
• Larangan Melihat Lawan Jenis
Beliua menjadikan pembahsan larang melihat lawan jenis, baik laki-laki melihat perempuan atau pun sebaliknya dalam bab tersendiri, karena beliau menganggap faktor inilah yang banyak sekali menimbulkan kema'shiyatan yang banyak.
Beliau sangat me wanti-wanti agar menjahuai larangan ini karena akibat atau dampak yang akan di timbulkan.
• dan Penutup yang diberi judul Tingkah Laku Wanita.
Didasari oleh keprihatinan beliau terhadap kondisi wanita pada zaman sekarang yang suka keluar dan tidak punya malu, sebagia penutup beliua membahas mengupas fenomena tersebut.
Dengan harapan supaya mereka mau nyadar diri dan tidak melakukan hal-hal tersebut yang sebenarnya dilarang oleh agama.
Sebagaimana khazanah klasik pada umumnya, dalam penyusunan kitab ini selalu mengedepankan ayat al Quran baru kemudian al Haidts yang fungsinya untung menguatkan atau unuk memfokuskan pembahsan.
Dalam kitab ini juga tidak sedikit di bumbui oleh beberapa cerita yang berhubungan dengan pembahsan dan dan juga menyadur beberapa pendapat ulama.

Penutup
Kitab ini adalah kitab yang harus dijadikan pegangan oleh seorang wanita untuk menggapai kebahagiaanya baik di dunia dan akhirat, apalagi pada zaman sekarang yang penuh dengan keusakan moral dan bamyak sekali tentang peng eksplorisasian wanita.
Kitab ini akan tetap relefan untuk selamanya dan tidak akan lekang dimakan oleh waktu karna kitab ini berdasarkan al Quran dan al Hadits.
Semoga sedikit tulisan ini yang mencoba mengupas tentang Kitab "Uqud al Lujayn" bisa menambah hasanah pemikiran kita dan menambah pengalaman kita tentang Turots Islamy.

Wallahu A'lam bisShowab

1 komentar: