Kamis, 20 Januari 2011

TAK KAN TERGANTIKAN


TAK KAN TERGANTIKAN

Hari ini panas menyengatku, keringat bercucuran membasahi seluruh tubuhku, bagai matahari ini berada tepat di atas ubun-ubunku. Aku berjalan di tengah hiruk pikuk Jakarta  ini. Orang-orang dengan suara yang ricuh tak kudengarkan. Di tepi jalan, kulihat seorang anak kecil perempuan sedang duduk sendiri. Awalnya, ku tak hiraukan dia. Tapi, terlintas sejenak dalam fikirku ingin menyapanya. Akupun menghampirinya. "Adik kenapa?" Tanyaku yang duduk di sampingnya sambil merangkul bahunya. Ku lihat air mata membasahi wajahnya." Aku kehilangan kakakku." Jawabnya dengan suara lirih dan terbata-bata. "Adik! Namanya siapa ?" tanyaku. " Tata" jawabnya dengan singkat. "terus ibu dan ayahmu ?" tanyaku lagi. "Mereka telah meninggal." Jawabnya sambil terus menundukkan kepalanya. Akupun merasa kasihan sama dia. Hidup sendiri di tengah kejamnya Jakarta. Seorang anak kecil yang hidup terlontang –lantung dengan beban yang sangat menghujamnya. " Aku ingin kakakku kembali, hanya dia satu-satunya keluargaku. "Kata anak itu dengan wajah yang dipenuhi air mata. "Lha terus kakakkmu kemana sekarang? Kok kamu di tinggal sendiri di sini ?" tanyaku dengan penuh ingin tahu. Lalu anak itu menceritakan apa yang telah menderanya saat ini. Akupun terharu mendengarnya. Seorang kakak yang rela berkorban apa saja buat adiknya, tuk tetap bisa hidup bersama. Tak pantang menyerah tuk dapatkan sebutir nasi yang halal tuk dinikmati. Dan lebih parahnya lagi, sudah dua hari ini mereka belum makan apa-apa. Setelah orang tuanya meninggal, tak ada lagi keluarga yang ingin mengurusnya. Hartanya telah ludes. Rumahnya telah terbakar dan waktu itulah orang tuanya ikut terbakar oleh si jago merah. Sekarang ini, mereka hanya bertempat tinggal di bawah rumah kerdus, layaknya seorang anak yang terlantar di jalanan. Tapi kesalutanku pada mereka berdua yang tak pantang menyerah dan terus semangat untuk bisa hidup dan meraih kebahagiaan yang ia citakan dan sebuah keadilan hidup yang ia harapkan. Ia tetap tersenyum dalam keadaan yang seperti ini.
Aku dan tata terus berjalan menelusuri kota ini tuk mencari kakakknya yang telah hilang. Dimanakah dia? Seharian suntuk kita berjalan tanpa lelah. Nampak di wajah tata yang tak ingin berhenti mencari dan berjalan sebelum menemukan sang kakak yang dicintainya.
Kini malam telah menyapa, aku telah lelah tuk mencarinya, tapi aku tak mau kalah dengan tata. Kemudian ku ajak dia makan tuk mengisi perut yang sudah keroncongan, namun tata menolaknya. Dan dia berkata :" Aku tak ingin makan dulu sebelum kakak ditemukan. Aku yakin kakak juga mencariku, dan kakak pasti juga belum makan apa-apa. Aku tak ingin melihat kakak kelaparan sedang aku di sini telah makan kekenyangan." Akupun terharu mendengarnya. "Aku yakin dik, pasti kakakmu di sana sudah makan. Entar kalau adik sakit gimana? Kan kasihan kakakmu?." Kataku yang meluluhkan hatinya. Iapun terdiam sejenak seperti ada sesuatu yang berputar putar di pikirannya, kemudian dia memutuskan untuk makan bersamaku.
Setelah keluar dari warung yang berada di pinggir jalan, terlihat sosok gadis yang berumur lima belas tahunan. Yang sedang memanggil nama tata. Nama itu, bukannya anak yang bersamaku ini???. Bisikku dalam hati, akupun langsung menghampiri anak itu dan kutinggalkan tata. Lalu ku ajak anak itu bersamaku. "Dik...,apakah anak kecil yang di sana itu tata adikmu?" tanyaku. Lalu kamipun menghampiri tata yang sedang duduk dan menundukkan kepalanya.
"Dik...........!!!" Sapa kakaknya. "kakak...........!!!" mereka pun saling berpelukan. Aku sangat terharu melihatnya. Tanpa sadar air mata telah menetes di pipiku. Aku hanya tersenyum melihatnya, ku saksikan suasana yang haru ini dengan penuh kehangatan."Kenapa kakak meninggalkan aku?" kata tata yang masih memeluk kakaknya. "Maaf dik, bukan maksud kakak untuk meninggalkanmu, adik terlalu indah buat kakak. Hanya adik yang bisa membuat kakak bahagia." Ujarnya....." tata sayang kakak" merekapun terus berpelukan dan meneteskan air mata penuh bahagia. Setelah itu, aku putuskkan untuk membawa dan merawat mereka. Serta ku perlakuka mereka sebagaimana adik kandungku. Alhamdulillah...............Keluargaku juga menerima kehadiran mereka dengan lapang dada. Kamipun tak henti-hentinya memberikan semangat pada mereka, bahwa hidup itu harus terus berjalan, meski kadang ribua duri menghadang langkah kaki kita untuk menuju puncak kebahagiaan dan apa-apa yang dicitakan.

Dari merekalah aku bisa mengerti bahwa kebersamaan itu membawa kebahagiaan yang sejati.
THE - END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar